Rabu 31 Jul 2024 09:18 WIB

Bombardir Beirut, Israel Klaim Sasar Komandan Hizbullah

Komandan Hizbullah yang menjadi target Israel adalah Fuad Shukr.

Dua pria menggunakan lampu teleponnya, saat memeriksa sebuah rumah di sebuah bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Selasa, 30 Juli 2024.
Foto: AP Photo/Hussein Mala
Dua pria menggunakan lampu teleponnya, saat memeriksa sebuah rumah di sebuah bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, Lebanon, Selasa, 30 Juli 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Ledakan besar dilaporkan terdengar pada Selasa (30/7/2024) malam di wilayah pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut, setelah serangan Israel di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dengan Hizbullah, lapor media setempat. Serangan itu dilaporkan terjadi di sekitar markas Dewan Syura Hizbullah di Haret Hreik, lapor kantor berita pemerintah National News.

Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan serangan yang dilakukan drone Israel itu menyebabkan seorang wanita dan dua anak tewas, 69 lainnya terluka, termasuk tiga warga dalam kondisi kritis. Militer Israel mengakui serangan tersebut dengan mengeklaim pihaknya menyasar komandan Hizbullah yang bertanggung jawab atas serangan pada Sabtu (27/7/2024) yang menewaskan 12 orang di kota Druze, Majdal Shams, Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Baca Juga

Target yang diincar Israel adalah Fuad Shukr, yang bertanggung jawab atas militer Hizbullah, sebut situs berita Axios, mengutip seorang pejabat Israel tanpa nama. Sebuah pernyataan militer mengatakan bahwa Shukr, juga dikenal sebagai Sayyid Muhsan, menjabat sebagai “tangan kanan Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan penasihat Nasrallah untuk merencanakan dan mengarahkan operasi masa perang.”

Tentara mengklaim bahwa komandan tersebut “telah mengarahkan serangan Hizbullah terhadap Negara Israel sejak 8 Oktober, dan dia adalah komandan yang bertanggung jawab atas pembunuhan 12 anak di Majdal Shams di Israel utara pada Sabtu malam.”

Otoritas Penyiaran Israel, KAN, dan Channel 13 Israel mengatakan masih belum ada konfirmasi bahwa eliminasi orang nomor dua Hizbullah itu berhasil dilaksanakan, dengan mengutip sumber resmi Israel yang tidak disebutkan namanya. Sekretaris Kabinet Israel Yossi Fuchs menginstruksikan para menteri untuk tidak mengomentari operasi di ibu kota Lebanon itu sampai pernyataan resmi dikeluarkan oleh militer.

Arahan tersebut datang dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menurut laporan media KAN. Setelah serangan di Beirut, Netanyahu tiba di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv dan dijadwalkan melakukan penilaian keamanan pada Selasa malam dengan para pejabat tinggi keamanan setelah serangan itu, menurut surat kabar Yedioth Ahronoth.

“Apakah perang akan terjadi dengan Lebanon tergantung pada Hizbullah. Kami tidak berniat memulai perang regional,” kata seorang pejabat senior yang tidak disebutkan namanya.

Channel 13 juga melaporkan bahwa seorang pejabat tinggi Israel yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa “jika Hizbullah tidak menanggapi serangan di Beirut selatan, kami tidak akan melancarkan perang.”

Radio Militer Israel juga melaporkan bahwa militer menginstruksikan penduduk di kota-kota dekat perbatasan Lebanon untuk tetap berada di tempat perlindungan untuk mengantisipasi potensi balasan dari Hizbullah. Menyusul pernyataan tentara mengenai serangan di Beirut selatan, Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengunggah di X bahwa “Hizbullah melewati garis merah.”

Tentara Israel kemudian mengeklaim bahwa mereka membunuh Shukr dalam serangan tersebut. Meski Israel menuduh Hizbullah bertanggung jawab atas serangan Sabtu itu, kelompok Lebanon tersebut menyangkal tuduhan tersebut. Belum ada tanggapan dari Hizbullah mengenai serangan ke Israel tersebut.

 

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement