REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo menargetkan peremajaan sawit rakyat (PSR) seluas 60 ribu hektare hingga tahun 2026. Usai aksi penggabungan, PalmCo makin rajin menggandeng semua petani sawit.
Tidak hanya petani sawit plasma yang selama ini menjadi mitra binaan dengan pola single management, namun perusahaan pengelola sawit terbesar di dunia ini juga mendorong peremajaan sawit petani nonplasma melalui pola offtaker. Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, perusahaan sedikitnya telah menjalankan empat program menjalin kemitraan bersama petani sawit di Indonesia.
Diantaranya pola single management, kemitraan swadaya atau offtaker, penyediaan bibit unggul bersertifikat kepada petani, hingga program pembinaan KUD. “Sejak tahun 2019, kemitraan kami dengan petani plasma melalui pola single management terbukti mampu membawa produktivitas petani binaan kita di atas rata-rata standar
nasional,” ujar Jatmiko saat melakukan tanam ulang 172 ha areal Koperasi Produsen Gading Jaya Makmur di Kampar, Riau.
Melalui pola single management, dalam keterangan tertulisnya, perusahaan mengatur budi daya perkebunan sawit milik petani, mulai dari tanam ulang, pemeliharan, hingga proses panen angkut olah. Jatmiko mengatakan pola ini mampu mengerek penghasilan petani hingga Rp 5 juta sampai Rp 7 juta per bulan dan saldo belasan miliar rupiah milik koperasi.
Tahun 2023 PTPN IV PalmCo melalui Regional III di Riau ditasbihkan oleh Kementerian Pertanian sebagai best role model dalam pola kemitraan yang dimiliki bersama petani. Untuk itu Jatmiko ingin petani nonplasma juga memperoleh hal yang sama melalui pola offtaker.
“Melalui pola offtaker, maka kita juga ingin petani-petani sawit nonplasma bisa memperoleh perlakuan yang sama dengan petani plasma binaan PalmCo. Harapannya produktivitas petani seluruhnya bisa di atas standar nasional dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan,” ucapnya.
Pola offtaker memungkinkan petani sawit swadaya yang bergabung di dalam suatu kelompok semisal koperasi ataupun kelompok tani untuk menerima peremajaan sawit dengan best practices dari perusahaan. Subholding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) ini juga mendampingi petani maupun lembaganya dalam budi daya sawit berkelanjutan.
"Termasuk memastikan TBS yang diproduksi diterima oleh pabrik-pabrik milik PalmCo dengan harga terbaik sesuai ketentuan," kata Jatmiko.