REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa terjadi ketika tanah berguncang akibat pergeseran yang tiba-tiba dari lapisan di bawah permukaan bumi. Sains sampai saat ini tidak mampu memprediksi secara tepat kapan dan di mana lokasi gempa bumi, kecuali sesudah bencana itu terjadi.
Masyarakat pada umumnya hanya bisa mengantisipasi langkah-langkah preventif yang mesti diambil ketika dan setelah musibah tersebut berlangsung.
Dalam perspektif Islam, gempa bumi berkaitan dengan tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta, khususnya menjelang Hari Akhir. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, al-Haraj—yaitu pembunuhan-pembunuhan—dan harta melimpah ruah kepada kalian” (HR Bukhari No 978).
Dalam surah al-Hajj ayat pertama, Allah SWT berfirman, yang artinya, “Wahai sekalian manusia, takutlah kepada Tuhanmu; sesungguhnya gempa kiamat merupakan sesuatu yang sangat dahsyat.”
Gempa masif pertama yang tercatat dalam sejarah, seperti dirangkum Encyclopedia of Earthquakes and Volcanoes (2007), mengguncang wilayah Sparta di Yunani Kuno pada tahun 464 sebelum Masehi (SM).
Intensitasnya diperkirakan mencapai 7,2 skala Richter (SR). Jumlah korban tewas diprediksi sebanyak 20 ribu jiwa. Musibah ini ikut mengubah jalannya sejarah Yunani Kuno yang diwarnai rivalitas antara dua negara-kota, Sparta dan Athena.
Sendi-sendi kehidupan masyarakat militeristik Sparta runtuh seketika. Oleh karena itu, Athena dapat dengan leluasa mendudukinya. Bahkan, bangsa Helot yang sebelumnya menjadi budak Sparta memberontak terhadap tuannya. Sparta dan sekutu-sekutunya baru bisa bangkit sesudah Perang Peloponnesos pada 431–404 SM.
Paling mematikan
Gempa bumi yang terjadi di Tangshan, Cina, pada 27 Juli 1976 tercatat dalam sejarah. Inilah gempa yang menimbulkan korban jiwa paling banyak dalam histori dunia.
Guncangan berkekuatan sebesar 8,2 skala richter (SR) itu menghancurkan daerah yang berlokasi sebelah timur Beijing tersebut. Akibatnya, sebanyak 655 ribu orang di sana menjadi korban tewas. Kemudian, sebanyak 799 ribu orang luka-luka. Demikian menurut catatan laman Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).
Adapun dalam sejarah nasional Indonesia, musibah gempa bumi yang disertai tsunami di Aceh menjadi memori yang tak mungkin dilupakan. Pada 26 Desember 2004, guncangannya mencapai 9 SR menghantam provinsi yang berbatasan dengan Samudra Hindia itu. Merujuk beragam sumber, jumlah korban jiwa merentang antara 283.106 orang dan 227.898 orang. Semua itu tersebar di 14 negara, termasuk RI.