REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abdullah bin Dinar menceritakan, suatu hari dirinya menemani Khalifah Umar bin Khattab dalam perjalanan dari Madinah menuju Makkah. Belum sampai tujuan, keduanya lantas beristirahat di dekat padang rumput.
Mereka lantas berpapasan dengan seorang anak gembala. Sang amirul mu`minin berkata, "Aku ingin menguji kejujuran gembala itu. Apakah ia amanah dalam pekerjaannya ataukah tidak."
Umar lantas berjalan mendekati si anak gembala. Sementara, Ibnu Dinar mengikutinya.
"Wahai anak gembala," kata Umar, "bagaimana kalau engkau menjual kepadaku seekor anak kambing dari ternak ini?"
"Aku bukan pemiliknya. Aku hanya seorang budak. Tuanku-lah yang mempunyai kambing-kambing ini," jawab si gembala.
Umar berkata lagi, "Kalau begitu, bilang saja nanti kepada tuanmu, anak kambing itu berkurang satu karena dimakan serigala."
Si bocah diam sejenak. Ia lama menatap wajah Amirul Mukminin, seperti keheranan. Ia lalu berkata, "Jika Anda menyuruh saya berbohong, fa ainallah (di mana Allah)?"
Maksudnya, anak ini mengingatkan pria dewasa yang ditemuinya itu, sesungguhnya Allah Mahamelihat.
"Mungkin tuanku tidak melihat, tetapi bagaimana dengan Allah?" tutur dia lagi.
Ibnu Dinar menceritakan, begitu mendengar perkataan itu sang khalifah pun tampak takjub.
Umar adalah seorang khalifah, pemimpin umat yang sangat berwibawa lagi ditakuti, dan tak pernah gentar menghadapi musuh. Akan tetapi, menghadapi anak gembala itu beliau gemetar, rasa takut menjalari seluruh tubuhnya, persendian-persendian tulangnya terasa lemah.
Lantas, Umar menangis karena memahami makna tauhid kalimat itu.
Kalimat yang mengingatkannya pada keagungan Allah, sekaligus tanggung jawabnya kelak di Hari Kiamat sebagai seorang pemimpin.
Umar kemudian menemui majikan si anak gembala itu. Akhirnya, sahabat Nabi SAW berjulukan al-Faruq itu membeli lalu membebaskan si bocah dari status budak.
"Dengan kalimat fa ainallah, telah kumerdekakan kamu dari perbudakan dan dengan kalimat itu pula insya Allah kamu akan merdeka di akhirat kelak."
Demikianlah, sikap amanah anak kecil tadi membebaskannya dari belenggu perbudakan sekaligus memberi pelajaran hikmah bagi sang pemimpin.
Dalam bahasa sehari-hari, amanah bisa diartikan sebagai sikap bertanggung jawab. Jika seseorang bertanggung jawab terhadap tugas- tugasnya, ia dipandang sebagai sosok amanah. Demikian juga sebaliknya, jika ia mengkhianati amanahnya, ia dipandang sebagai sosok yang tak bisa dipercaya.