REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Isu reshuffle kabinet kembali terdengar nyaring. Beredar kabar sejumlah menteri saat ini, bakal dicopot dari jabatannya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan diminta merespon rumor tersebut. Luhut enggan menanggapi. "Gak tahu saya kalau soal itu," kata Menko Marves, saat ditemui di JCC, Senayan, Rabu (14/8/2024).
Ia menegaskan, dirinya hanya menjawabi pertanyaan sesuai kapasitasnya. Luhut bicara seputar upaya mencapai indeks udara yang lebih bersih di Jakarta. Pemerintah bersama sejumlah stakeholder mengkajinya mencari langkah solutif.
Saat ini sedang digalakkan pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Baik itu kendaraan roda dua, maupun roda empat. Ini demi meminimalisir individu yang berpotensi terkena infeksi saluran pernapasan.
"Pemerintah mengeluarkan Rp38 triliun untuk biaya berobat. Ada yang melalui BPJS, ada yang melalui pengeluaran sendiri, untuk kesehatan, karena akibat udara yang 170-200 indeks ini, itu banyak yang penyakit ispa, kalian pun kena, saya pun kena, jadi ini beban kita rame-rame. Jadi kalau ada yang keberatan ya kamu rasain aja sendiri. Kita tidak mau," ujar Luhut.
Lalu ia menyinggung rencana pemerintah menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya di Cilegon, Banten. Menurutnya, itu termasuk upaya mengurangi polusi. Selain meningkatkan ekosositem kendaran listrik, dan menetapkan aturan ganjil genap.
Luhut mengatakan jika PLTU Suralaya ditutup, diharapkan indeks udara Jakarta bisa berada di bawah 100. "Kita ada 5000 bus yang mulai secara bertahap kita masukkan EV. Nanti ga ada lagi bus yang pakai solar, dan juga mobil-mobil. Mobil ini banyak sekali dampaknya. Kemudian pabrik-pabrik, yang ada di sekitar jakarta, kita akan kasih sensor untuk kita ketahui gas apa yang dikeluarkan," ujar Luhut.
Awak media kembali mencoba menanyakan perihal kabar pergantian menteri. Luhut tetap enggan menanggapi. Setelahnya ia meninggalkan JCC. Nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, serta Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly masuk pusaran diskusi perihal isu tersebut.