Jumat 16 Aug 2024 19:37 WIB

Perkara yang Membuat KH Hasyim Asy'ari Menangis

Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari menangis bukan lantaran penyakit yang mendera dirinya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Hasanul Rizqa
ILUSTRASI Lukisan yang menggambarkan tokoh KH Hasyim Asyari.
Foto: dok antara
ILUSTRASI Lukisan yang menggambarkan tokoh KH Hasyim Asyari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari sangat menganjurkan kepada para santirnya untuk selalu melaksanakan sholat berjamaah. Sejak masa kanak-kanak hingga menjelang wafatnya Mbah Hasyim sendiri juga selalu mengamalkan sholat berjamaah.

Dalam buku 99 Kiai Kharimastik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib, KH A Azis Masyhuri menceritakan, ketika Mbah Hasyim menderita sakit pada 1943, pada suatu suatu siang ia memaksakan diri untuk mengambil air wudhu dan siap berangkat ke masjid.

Baca Juga

Namun, salah seorang anggota keluarganya menyarankan supaya ia sholat di rumah saja, karena kondisinya semakin memburuk. Di luar dugaan, Mbah Hasyim kemudian menjawab, “Kamu tahu anak-anakku, api neraka lebih panas daripada penyakit ini.”

Setelah pulang dari masjid, Mbah Hasyim beristirahat dan melanjutkan nasihatnya, “Aku menangis bukan karena penyakitku ini, dan bukan pula berpisah dengan keluargaku. Namun, aku merasa bahwa aku masih kurang berbuat kebajikan, padahal Tuhan telah banyak memerintahkan kebajikan, sedangkan aku tidak memenuhinya. Betapa aku malu dan takut untuk bertemu Tuhan karena tidak punya bekal. Sungguh, itu semua yang membuat aku menangis.”

Selain menganjurkan untuk selalu sholat berjamaah, Mbah Hasyim juga menganjurkan anak-anaknya berpuasa tidak hanya pada bulan Ramadhan atau Senin dan Kamis saja, tapi beliau menganjurkan untuk berpuasa di sebagian besar hari dalam sepekan.

Dengan bimbingan seperti itu, anak-anak Kiai Hasyim pun sudah berlatih berpuasa sejak usia mereka masih sangat muda. Dengan berpuasa, anak-anaknya merasakan manfaatnya. Di antaranya, mereka selalu mampu mengendalikan diri ketika sedang marah.

Profil tokoh

Sosok pahlawan RI yang juga tokoh utama Nahdlatul Ulama (NU), Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari, dibesarkan dalam keluarga alim ilmu-ilmu agama. Ayahnya, Kiai Asy'ari, merupakan pendiri Pesantren Keras di Jombang (Jawa Timur). Kakeknya, Kiai Usman, adalah pengasuh Pesantren Gedang, yang berdiri sejak akhir abad ke-19 M. Adapun kakek buyutnya, Kiai Sihah, merupakan pendiri Pesantren Tambakberas.

Sejumlah pesantren pernah menjadi tempatnya menimba ilmu. Sebut saja Pesantren Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggilis, Pesantren Kademangan (Madura), dan Pesantren Siwalan Panji (Sidoarjo). Bahkan, kakek mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu cukup lama mendalami ilmu agama di Tanah Suci.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement