REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan produk derivatif baru yang diharapkan dapat mengoptimalkan keuntungan investor. Single Stock Future (SSF), produk terbaru BEI, dapat dimanfaatkan investor baik saat pasar tengah meningkat ataupun sedang turun.
"Kita harapkan investor dapat mengoptimalkan keuntungan melalui SSF melalui capital gain dan dapat menjadi hedging saat market sedang bearish," kata Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik dalam edukasi wartawan tentang Singla Stock Future yang digelar daring, Kamis (22/8/2024).
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 1 BEI Firza Rizqi Putra mengatakan salah satu keuntungan memiliki produk SSF adalah mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham hanya bermodal empat persen dari nilai saham yang sesungguhnya. Selain itu, SSF juga dapat menjadi lindung nilai bagi portofolio saat pasar sedang turun.
"Saat market sedang bullish, kita bisa mendapatkan capital gain dari SSF seperti saham pada umumnya, tapi ketika market turun, kita bisa short produk future-nya sehingga alih-alih merugi, kita bisa mendapatkan alternatif profit atau melindungi portofolio," ujar Firza.
Tidak seperti saham yang harus dimiliki dulu produknya, SSF memiliki mekanisme berupa kontrak saham dengan periode tertentu. Artinya, setiap saham yang 'disewa' memiliki jatuh tempo. Selama itu pula, investor dapat menikmati keuntungan dari saham future.
"Jika saham adalah surat kepemilikan, maka SSF adalah surat kontrak yang terbatas sampai jatuh tempo. Ada yang satu bulan, dua bulan, disesuaikan dengan periode investasi yang diinginkan," katanya.
Modal untuk membeli saham SSF adalah 4 persen dari harga yang diperlukan untuk membeli satu lembar saham. Misalnya, investor ingin membeli saham ABCD sebanyak 10 lot yang perdagangkan di level 2.500. Artinya, investor memerlukan modal Rp 2,5 juta di pasar saham.
"Tapi jika investor membeli sahamnya di future, modalnya hanya Rp 100 ribu tapi seolah-olah punya exposure senilai Rp 2,5 juta. Artinya, modal yang diperlukan untuk membeli SSF lebih murah dan efisien dibandingkan membeli saham underlying," kata Firza.
Namun, perlu diingat, dengan modal yang jauh lebih murah, maka keuntungan investor pun akan lebih besar. Di sisi lain, konsekuensi dari produk ini juga jauh lebih besar. Sehingga, investor diminta untuk memperhatikan betl profil risiko masing-masing.
Mekanisme perdagangan tidak berbeda dengan saham. Jam perdagangan dimulai pukul 08.45 WIB dan berakhir pukul 16.00 WIB. Sistem perdagangan SSF tidak memiliki pre opening dan pre closing.
Firza menambahkan, keuntungan lain bertransaksi SSF adalah realisasi keuntungan yang lebih cepat daripada saham. Jika pada saham realisasinya baru dilakukan pada T+2, maka SSF akan direalisasikan pada T+1 sehingga investor tidak menunggu terlalu lama.
Sementara itu, biaya transaksi SSF dikenakan fix fee per kontrak. "Berbeda dengan kepemilikan saham biaya transaksinya berdasarkan persentase dari nilai transaksi," ujar Firza.
BEI memberikan insentif bagi investor yang hendak berinvestasi di SSF. BEI menerapkan biaya transaksi Rp 250 atau 75 persen lebih murah dari tarif normal.
SSF memiliki underlying asset, yaitu saham-saham pilihan. Saat ini, ada lima saham yang menjadi underlying asset, yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Merdeka Chopper Gold Tbk (MDKA), dan PT Astra Internasional Tbk (ASII).
Kepala Unit Derivatif Pier Ridge Yose mengatakan underlying asset yang dipilih bukan tanpa alasan. Saham-saham yang dipilih untuk SSF adalah yang sahamnya paling likuid, aktif, dan memiliki fundamental yang baik.
"Karena ini produk transaksi dua arah, kita lihat juga dari sisi volatility dan likuiditasnya," ujar Pier.
Pada tahun depan, tidak menutup kemungkinan jumlah saham yang menjadi underlying akan ditambah.
Firza mengatakan, ini merupakan investasi yang cocok bagi investor yang telah menguasai teknik dan fundamental saham. Investor dapat mengajukan pembukaan rekening efek derivatif pada anggota bursa yang telah memiliki lisensi untuk perdagangan SSF.
"Investor existing sudah bisa jadi investor derivatif karena sudah punya SID, RDN, tinggal tambah Sub rekening efek derivatif," katanya.