REPUBLIKA NETWORK, SEKITARKALTIM – PDIP batal mengusung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta 2024. PDIP akhirnya mengusung kadernya sendiri, Pramono Anung – Rano Karno. Meski begitu, Anies diharapkan bisa bergabung untuk membantu tim pemenangan.
Ketua DPP PDI Perjuangan Deddy Sitorus menilai sosok Anies bisa menjadi jembatan pemersatu untuk penyembuhan polarisasi politik di Jakarta.
PDIP menilai salah satu prioritas saat ini penyembuhan polarisasi di Jakarta. Hal ini yang harus dituntaskan Pramono-Rano jika memenangi pilkada. PDI Perjuangan, sampai hari ini menilai kemenangan Anies di Pilgub Jakarta 2017, karena menggunakan politik agama dan politik identitas.
Pengalaman itu, yang menurut Deddy Sitorus, menjadi salah-satu batu sandungan bagi Anies untuk bisa disorongkan PDI Perjuangan di Pilgub Jakarta 2024.
“Kita berharap, Pak Anies mau menjadi bagian dari tim kami, bukan hanya untuk memenangkan gubernur, tetapi menyelesaikan persoalan-persoalan ketegangan-ketegangan akibat dari Pilgub Jakarta 2018 (2017) itu,” ujar Deddy, Rabu (28/8/2024).
Pilgub Jakarta 2017 masih menjadi catatan pahit bagi PDI Perjuangan. Ketika itu, Partai Banteng Moncong Putih mengusung pasangan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur (cagub - cawagub) Basuki Tjahjapurnama alias Ahok, dengan Djarot Saiful Hidayat.
Ahok, ketika itu belum menjadi kader PDI Perjuangan. Sedangkan Djarot, kader tulen PDI Perjuangan. Baru di tahun 2019, usai bebas dari penjara karena kasus penistaan agama Islam, Ahok berseragam PDI Perjuangan.
Di tahun 2017 Ahok-Djarot kandas dari pasangan Anies Baswedan-Sandiago Uno. Mengingat, Ahok, yang sudah resmi menjadi kader PDI Perjuangan, memiliki basis pendukung yang kuat di Jakarta.
Sehingga membuat Ketua Umum Megawati Sukarnoputri tak menunjuk Anies maupun Ahok, melainkan mengambil jalan tengah mengusung Pramono Anung dan Rano Karno di Pilkada Jakarta.
“Ada tarik-menarik di antara dua kultur ini (Anies dan Ahok) yang kemudian masih membutuhkan proses untuk disatukan. Masih membutuhkan proses disinergikan,” uajrnya.
Ia menambahkan, “Pada titik itulah kemudian, PDI Perjuangan melihat adanya kebutuhan untuk mendorong Pak Pramono Anung dan Bung Rano Karno sebagai solidarity maker untuk kemudian ada proses sejarah, proses politik bangsa ini nanti, membuat Jakarta bisa melupakan masa lalu yang cukup buruk dalam kontestasi politik,” begitu ujar Deddy.
PDI Perjuangan, kata Deddy, pun berharap, antara Anies, Ahok, Pramono, pun juga Rano, bisa saling bertukar pengalaman untuk mengembalikan kesatuan masyarakat dari polarisasi selama ini. “Jadi ini nanti, kita harapkan, mudah-mudahan, dengan kebesaran hati Pak Anies, Ahok, Pak Pramono Anung, dan Pak Rano Karno, bisa menjembatani,” kata Deddy.
Republika