Jumat 06 Sep 2024 14:32 WIB

Penjual Tiket Konser Oasis Diduga Lakukan Praktik Dynamic Pricing, Bakal Diinvestigasi

Calon pembeli tidak mengetahui harga tiket konser Oasis dari awal.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Mantan pentolan band Oasis, Noel Gallagher. Penjual tiket konser Oasis akan diinvestigasi Otoritas Persaingan dan Pasar Inggris (CMA).
Foto: EPA
Mantan pentolan band Oasis, Noel Gallagher. Penjual tiket konser Oasis akan diinvestigasi Otoritas Persaingan dan Pasar Inggris (CMA).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Persaingan dan Pasar Inggris (CMA) akan melakukan investigasi terhadap Ticketmaster terkait dengan penanganan penjualan tiket konser Oasis. Band legendaris tersebut belum pernah melakukan tur selama lebih dari satu dekade sehingga para penggemar yang antusias memadati antrean virtual pekan lalu demi mendapatkan tiket.

Sistem Ticketmaster dinilai sangat rumit dan proses pembelian tiketnya sering kali menimbulkan frustrasi. Harga tiket yang dijual di Ticketmaster juga sulit diprediksi hingga calon pembeli tiba di tahap akhir transaksi.

Untuk konser Oasis kali ini, banyak penggemar awalnya mengira akan membayar sekitar 200 dolar AS (Rp 3 juta), namun harga melonjak hingga hampir 500 dolar AS (Rp 7,6 juta) saat mereka hendak menyelesaikan pembelian. Masalah utama terletak pada dugaan praktik “dynamic pricing” atau penetapan harga dinamis dari Ticketmaster, di mana harga tiket berubah sesuai dengan permintaan yang diprediksi oleh algoritma. Jika lebih banyak orang dalam antrian dan bersedia membayar, harga tiket otomatis akan meroket.

CMA mengungkapkan bahwa praktik “dynamic pricing” tersebut akan menjadi fokus utama dalam investigasi mereka. “Penting bagi penggemar untuk diperlakukan dengan adil saat membeli tiket. Itulah sebabnya kami meluncurkan investigasi ini. Jelas bahwa banyak orang merasa kecewa dan terkejut dengan harga tiket yang mereka dapat di tahap akhir pembelian,” ujar kepala eksekutif CMA, Sarah Cardell, seperti dilansir Gizmodo, Jumat (6/9/2024).

CMA juga mencatat bahwa praktik dynamic pricing bukan hanya tersedia di Ticketmaster, melainkan di berbagai toko online lainnya. “Ini bukan pertama kalinya praktik ini menimbulkan kekhawatiran di antara para penggemar acara olahraga dan musik. Meskipun praktik ini tidak secara otomatis melanggar hukum, namun hal ini dapat melanggar perlindungan konsumen atau hukum persaingan usaha dalam situasi tertentu,” kata Cardell.

Sebagai bagian dari investigasi, CMA meminta para penggemar untuk menceritakan pengalaman mereka saat mencoba membeli tiket Oasis. Terdapat formulir yang dapat diisi oleh penggemar untuk melaporkan pengalaman mereka. Adapun formulir ini akan ditutup pada 19 September.

Ticketmaster telah berulang kali terlibat masalah dengan pemerintah dan musisi selama bertahun-tahun. Banyak pihak mengeluhkan sistemnya. Harga tiket terus berubah dan para calo dengan mudah meraup ratusan tiket untuk acara populer dan kemudian menjualnya di pasar gelap dengan harga lebih tinggi.

Oasis sendiri mengatakan bahwa mereka tidak tahu bahwa Ticketmaster akan menggunakan praktik dynamic pricing selama penjualan. “Perlu diperjelas bahwa Oasis menyerahkan keputusan mengenai tiket dan harga sepenuhnya kepada promotor dan manajemen, dan sama sekali tidak mengetahui bahwa dynamic pricing akan digunakan,” kata Oasis.

Di Amerika Serikat, Departemen Kehakiman pernah menggugat Ticketmaster pada awal tahun 2024 dalam upaya untuk memisahkan perusahaan tersebut dari Live Nation. FBI mengatakan perusahaan tersebut memiliki monopoli yang tidak adil dalam penjualan tiket dan hal tersebut menyebabkan tingginya harga dan pengalaman pengguna yang buruk. Pada bulan Agustus, gugatan tersebut diperluas dengan menambahkan sepuluh negara bagian ke dalam daftar penggugat.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement