Senin 09 Sep 2024 14:31 WIB

Update Merapi: Sejak Awal September Gunung Merapi Luncurkan Empat Kali Awan Panas

Saat ini tingkat aktivitas Merapi di level 3 atau siaga.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Karta Raharja Ucu
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (21/7/2024). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 21 Juli 2024 pukul 00.00 - 24.00 WIB Gunung Merapi yang berstatus siaga (level III) itu mengalami 31 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.600 meter ke arah barat daya.
Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Guguran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Turi, Sleman, DI Yogyakarta, Ahad (21/7/2024). Menurut data BPPTKG periode pengamatan 21 Juli 2024 pukul 00.00 - 24.00 WIB Gunung Merapi yang berstatus siaga (level III) itu mengalami 31 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimal 1.600 meter ke arah barat daya.

REPUBLIKA.CO.ID,   YOGYAKARTA — Aktivitas Gunung Merapi masih tinggi dengan masih terjadinya awan panas guguran (APG) dan guguran lava. Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), sejak 30 Agustus hingga 9 September 2024 Merapi sudah mengeluarkan empat kali APG.

Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso mengatakan, tiga kali APG tercatat pada periode 30 Agustus hingga 5 September. Tiga APG ini mengarah ke barat daya atau hulu Kali Bebeng.

“Jarak luncur APG maksimal mencapai 1.300 meter,” kata Agus.

Sedangkan, satu APG lainnya terjadi pada 7 September 2024. APG ini tercatat pada pukul 09.20 WIB, dengan amplitudo maksimal 62 milimeter.

“Durasinya 113 detik dan jarak luncur 1000 meter, serta mengarah ke barat baya,” ucap Agus.

Pada 8-9 September 2024 ini belum dilaporkan adanya APG yang diluncurkan Merapi. Meski begitu, masyarakat diminta untuk tetap memantau kondisi Merapi dan tidak beraktivitas di kawasan rawan bencana (KRB) Merapi.  

“Tetap patuhi rekomendasi. Saat ini tingkat aktivitas Merapi di level 3 atau siaga,” jelasnya.

Mengingat aktivitas Merapi yang masih tinggi, potensi bahaya saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara. Pada sektor selatan-barat daya, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer.

Pada sektor tenggara, potensi bahaya Merapi meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol sejauh lima kilometer. Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” ungkap Agus.

“Data pemantauan menunjukkan suplai magma di Merapi masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” ungkapnya.

Untuk itu, masyarakat tidak hanya diharapkan menjauhi daerah potensi bahaya, namun juga diminta mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran. Terutama saat terjadi hujan di seputar Merapi, seperti pada Ahad (8/9/2024) malam yang terjadi hujan di sekitar Merapi.

“Waspadai bahaya lahar di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi, serta APG di daerah potensi bahaya. Masyarakat diimbau untuk menjauhi daerah bahaya, serta mematuhi rekomendasi,” jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement