Selasa 10 Sep 2024 08:04 WIB

Watak Sejati Umat Islam

Umat Islam semestinya memiliki karakteristik berikut ini.

ILUSTRASI Umat Islam.
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ILUSTRASI Umat Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran, ada sebanyak 64 kata ummah (umat), yang tersebar di 13 surah. Jumlah itu lebih banyak dari kata Islam, yang “hanya” disebut delapan kali.

Umat berarti suatu komunitas. Mereka terikat kesamaan identitas, terutama dalam hal agama. Menurut bahasa Arab, kata ummah berasal dari umm, yang berarti ‘ibu.’ Ada pula yang memandang, ummah berakar dari amma. Maknanya, ‘bergerak ke depan.’ Dengan demikian, komunitas yang disebut umat idealnya hidup berkemajuan.

Baca Juga

Allah menyebut tiga karakteristik umat Islam, yakni pertengahan (ummatan wasathan), penyeimbang (ummatan muqtashidah), dan terbaik (khairu ummah). Ketiga sifat itu dijelaskan berturut-turut pada Alquran surah al-Baqarah ayat 143, al-Maidah ayat 66, dan Ali Imran ayat 110).

Ummatan washatan bersikap, berpikiran, dan berperilaku pertengahan. Sifat itu sejalan dengan moderat, adil, dan proporsional. Mereka berada di tengah-tengah, antara meteriel dan spiritual, serta orientasi dunia dan ukhrawi.

Kaum Muslimin meyakini adanya akhirat, tetapi tidak hidup terisolasi dari perkembangan dunia. Mereka berupaya meraih ketenangan jiwa, tanpa mengabaikan kebutuhan jasmani, semisal makan, minum, meneruskan keturunan, dan sebagainya.

Menurut Ibnu Taimiyah, Islam adalah agama jalan tengah. Para nabi, rasul, dan orang-orang saleh dipandang mulia, tetapi tidak lantas dijadikan sesembahan. Sikap moderat juga ditunjukkan dalam mengamalkan syariat. Tidak mengharamkan yang halal. Tidak pula menghalalkan yang haram, seperti yang sering dilakukan kaum Yahudi.

Amar ma'ruf nahi munkar

Sayyid Quthb berpandangan, umat Islam dapat memegang kendali kepemimpinan dunia (al-qiyadah al-basyariyah) apabila benar dari segi akidah, ibadah, serta berdaya dalam politik dan ekonomi. Kondisi ideal itu pernah tercapai pada masa Rasulullah SAW, generasi sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin.

Salah satu prasyarat untuk mencapai cita-cita itu ialah amar makruf. Maknanya, mengimbau pada kebajikan. Caranya dengan tetap mengedepankan sopan santun, sikap arif bijaksana, serta sabar. Sebab, perubahan memerlukan proses. Kehidupan Nabi SAW membuktikan hal itu. Dakwah yang dilakukannya terjadi secara bertahap hingga akhirnya seluruh Jazirah Arab memeluk Islam.

Di samping amar makruf, yang juga menjadi watak kaum Muslimin ialah nahi munkar. Artinya, melakukan pencegahan supaya kemungkaran tidak terjadi atau merebak.

Dalam pengertian modern, nahi munkar sepadan dengan proses liberasi, yakni ikhtiar membebaskan manusia dari kezaliman. Dalam melakukan usaha itu, cara-cara yang ditempuh harus proporsional. Sebab, dakwah itu mengajak, bukan mengejek. Merangkul, bukan memukul. Menasihati, bukan maki-maki. Dengan begitu, citra Islam sebagai ajaran yang rahmatan lil ‘alamin dapat kian dikenal.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement