Ahad 15 Sep 2024 09:10 WIB

Pertemuan Pemuda yang Menggendong Ibunya saat Tawaf dengan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad bertemu dengan pemuda yang menggendong ibunya saat tawaf.

 Pertemuan Pemuda yang Menggendong Ibunya saat Tawaf dengan Nabi Muhammad. Foto: ilustrasi tawaf
Foto: dok Republika
Pertemuan Pemuda yang Menggendong Ibunya saat Tawaf dengan Nabi Muhammad. Foto: ilustrasi tawaf

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH --Saat sedang melaksanakan thawaf, Nabi Muhammad bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu, ''Kenapa pundakmu itu?''

Jawab anak muda itu, ''Ya Rasulullah, saya dari Yaman. Saya mempunyai seorang ibu yang sudah uzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika shalat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya.''

Baca Juga

Kemudian anak muda itu bertanya, ''Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk ke dalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?''

Nabi Muhammad sangat terharu mendengarnya, sambil memeluk anak muda itu beliau bersabda, ''Sungguh Allah ridha kepadamu, kamu anak yang saleh, anak yang berbakti. Tapi anakku, ketahuilah, cinta orang tuamu tidak akan terbalaskan oleh pengorbanan dan kebaikanmu.''

Kisah di atas memberikan pelajaran berharga bagi kita bahwa kasih sayang dan cinta seorang ibu kepada anaknya tidak akan terbalas dan tidak akan ternilai dengan apa pun. Perjuangan seorang ibu untuk seorang anak sangat luar biasa. Ketulusan dan kesabarannya dalam menjaga seorang anak sejak dari kandungan hingga anak tersebut dewasa dan bahkan hingga si anak sudah berkeluarga tidak akan tergantikan.

Seorang ibu rela mempertaruhkan nyawanya hanya untuk kehidupan sang anak. Bahkan, untaian doanya tidak pernah terputus untuk seorang anak. Mereka selalu berharap dan memohon kepada Allah agar anaknya menjadi anak-anak yang saleh dan salehah.

Inilah beberapa alasan yang menyebabkan kita sebagai seorang anak wajib hukumnya untuk berbakti dan memuliakannya. Secara khusus, Allah pun telah memerintahkan kita untuk berbakti dan memuliakannya sebagaimana yang difirmankan dalam surat Luqman.

Firman-Nya, ''Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.'' (QS 31: 14).

Rasulullah pun menegaskan dengan mengatakan tiga kali menyebut nama ibu dan kemudian bapak untuk orang-orang yang perlu kita perhatikan. Dalan riwayat lainnya, Rasulullah melarang seorang sahabat untuk berjihad di jalan Allah dan memerintahkan untuk menjaga ibunya yang masih hidup.

Utusan Allah itu bersabda, ''Jika demikian tinggallah bersamanya karena surga berada di bawah kakinya.'' (HR Ibnu Majah dan Nasai).

Kini, di saat ibu kita masih hidup, sudahkah kita memuliakan dan menyayanginya dengan sepenuh hati? Sudahkah kita memohon maaf atas kealpaan kita kepadanya? Dan, apabila ibu kita telah lebih dulu menghadap Allah, seringkah kita memohonkan ampun untuknya? Sudahkah kita menjalankan amanat dan wasiatnya? Mari, mumpung Allah masih memberikan waktu, kita berbuat baik dan memuliakan ibu dan bapak kita. Doakan mereka dengan doa, ''Wahai Tuhanku, ampunilah kedua orang tuaku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'' 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement