REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data perkembangan impor Indonesia pada Agustus 2024. Di periode tersebut nilai impor menyentuh angka 20,67 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Ada penurunan 4,93 persen dibanding Juli 2024 (month to month/m-to-m). Impor migas senilai 2,65 miliar dolar AS, atau turun 25,56 persen secara bulanan. Sementara impor nonmigas senilai 18,02 miliar dolar AS, juga mengalami penurunan sebesar 0,89 persen secara m-to-m.
"Penurunan nilai impor secara bulanan disebabkan oleh, yang pertama, penurunan nilai impor migas, dengan andil sebesar -4,18 persen, lalu andil penurunan nilai impor nonmigas adalah sebesar -0,75 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi & Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers di kantornya, di Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Kemudian secara tahunan, nilai impor Agustus 2024, meningkat 9,46 persen. Untuk impor migas, nilainya turun 0,51 persen yang disebabkan penurunan rata-rata harga agregat. Sementara untuk nonmigas, nilainya naik sebesar 11,09 persen, dengan komoditas yang mengalami peningkatan tertinggi adalah biji logam, terak, dan abu yang meningkat 126,92 persen.
Di bagian awal pemaparannya, Pudji menyampaikan beberapa catatan peristiwa yang berpengaruh terhadap perkembangan ekspor, impor dan neraca perdagangan untuk bulan Agustus 2024. Pertama, pada Agustus 2024, secara umum perubahan harga komoditas di pasar internasional cukup bervariasi. Penurunan harga bulanan terjadi pada komoditas energi, pertanian, dan logam mineral. Sementara, harga komoditaas logam mulia mengalami peningkatan yang didominasi peningkatan harga.
Dari sisi permintaan, pada Agustus 2024, PMI Manufaktur negara mitra dagang utama, seperti China (50,4), India (57,5) berada pada zona ekspansif. Sementara Amerika Serikat (47,9), dan Jepang (49,8) berada di zona kontraksi.