REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Industri pertambangan perlu mencari keseimbangan antara mencari keuntungan dengan menjaga kelestarian lingkungan. Teknologi dan inovasi hijau harus menjadi fokus industri untuk meminimalkan dampak lingkungan.
Direktur Jenderal Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR) Robert Nasi menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam mengelola dampak lingkungan dari industri ekstraktif, khususnya pertambangan, terhadap keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Dalam seminar "Human Health & Environment Development in Indonesia Nickel Value Chain "yang digelar Nickel Institute, Nasi menggarisbawahi pentingnya menemukan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan perlindungan warisan alam negara.
“Industri ekstraktif, terutama pertambangan, memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia, menyumbang sekitar 6,5 hingga 7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),” kata Nasi, Kamis (26/9/2024).