REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Agama Islam mengajarkan, hidup sederhana menjadi sebuah anjuran. Kebalikannya, hidup berfoya-foya dan berlebih-lebihan menjadi hal yang dilarang agama.
Tak sedikit tokoh-tokoh pemimpin Islam yang sukses membawa rakyatnya ke dalam kehidupan yang sejahtera, justru berlaku hidup sederhana. Contoh yang paling konkret adalah Rasulullah SAW.
Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Ibrahimiy Jawa Timur HM Baharun mengatakan, sangat banyak tokoh-tokoh pemimpin Islam yang menjalankan hidup secara sederhana. Mulai dari Rasulullah SAW, Sayyidina Umar bin Khattab, hingga Umar bin Abdul Aziz.
Alasan para pemimpin Islam kerap hidup sederhana dilandasi oleh kesadaran agama dan iman yang kuat.
Bagi mereka, kata Baharun, pemimpin harus hidup menderita sebelum rakyatnya dapat hidup sejahtera. Sebab rasa tanggung jawab, cinta kasih, dan juga teladan yang baik selalu ditunjukkan oleh para pemimpin Islam.
“Pemimpin-pemimpin di Islam itu tidak mau hidup foya-foya. Mereka bahkan cenderung menderita (hidupnya) karena enggan menggunakan fasilitas negara,” kata Baharun saat dihubungi Republika beberapa waktu lalu.
Di sisi lain dia menjabarkan mengenai dampak positif dari hidup sederhana. Dengan hidup secara sederhana, lanjut Baharun, tidak akan ada prilaku mubazir lantaran hidup yang serba berlebih-lebihan. Hidup sederhana adalah hidup yang cukup, yang mana hal tersebut dapat beriringan dengan hadirnya kesejahteraan.
Dia melihat apabila hidup sederhana diterapkan oleh para pejabat negara, maka disparitas kesenjangan tak akan terlalu timpang. Apalagi dalam beberapa waktu ke depan, ekonomi dunia dinilai akan gelap akibat adanya beragam krisis. Baharun mengutip pernyataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib tentang hidup sederhana, bahwasannya manusia sudah seharusnya hidup berkeras-keras (sederhana) sebab nikmat Allah (yang berupa materi maupun fisik) tidak bersifat abadi bagi hamba-Nya.
Dia memberikan contoh bagaimana tokoh-tokoh Islam berperilaku. Meski menjadi pemimpin negara, misalnya, para khalifah di masa Rasulullah cenderung hidup sederhana dan menderita. Padahal jika mau, mereka bisa ditopang oleh Baitul Maal atau uang-uang yang diperoleh negara secara halal. Pun begitu, ksederhanaan serupa yang ditampilkan Umar bin Abdul Aziz yang enggan menggunakan fasilitas negara.
“Setelah hampir 100 tahun Rasulullah wafat, ada pemimpin namanya Umar bin Abdul Aziz. Dia berhasil menciptakan masyarakat yang sejahtera berkat kepiawaiannya memimpin dan juga kesederhanaan hidup yang ia lakukan," kata dia.
Sehingga dia menyimpulkan, hidup sederhana merupakan kunci stabilitas keamanaan, ekonomi, sosial, dan juga budaya masyarakat. Untuk itu dia berpesan agar segenap dari setiap individu di Indonesia selayaknya menengok sejarah dan belajar terhadap para pemimpin-pemimpin Islam yang ulung.
Abdurrahman Asy-Syarqawi dalam buku Muhammad Sang Teladan menjelaskan, Rasulullah SAW merupakan pribadi yang sederhana namun bukan berarti miskin. Rasulullah merupakan hamba Allah yang paling dermawan yang memperoleh hartanya dengan cara-cara yang halal. Meski demikian, beliau tak sama sekali hidup secara berlebih-lebihan.
Dalam beberapa literatur sejarah Islam juga dikenal sosok pemimpin yang sederhana. Contohnya adalah Umar bin Abdul Aziz dari dinasti Bani Umayyah. Meski masa kepemimpinannya singkat, namun khalifah yang satu ini berhasil menciptakan masyarakat madani yang sejahtera.
Selama kurang lebih tiga tahun masa kepemimpinannya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz hanya mendapat gaji sebanyak 2 dirham per hari atau 60 dirham per bulan. Beliau juga enggan menggunakan fasilitas negara dan bergaya hidup ala kadarnya. Mulai dari penampilan, makanan, hingga kendaraan yang ditungganginya.
Bahkan Khalifah Umar bin Abdul Aziz dikabarkan hanya memiliki beberapa baju gamis yang dia gunakan untuk shalat. Padahal dengan gemilang sikap kepemimpinannya yang membawa masyarakatnya menjadi sejahtera, fasilitas negara yang disediakan untuknya telah menjadi halal untuk digunakan. Namun kesederhanaan yang ia tunjukkan nyatanya adalah sebuah teladan yang hakiki.