REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Arif Budimanta, mengatakan, penghapusan kemiskinan menjadi perhatian pemerintah dan organisasi Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sesuai penetapan Sustainable Development Goals (SDGs) pertama perihal zero poverty.
Arif mengatakan strategi pemerintah dalam menekan angka kemiskinan ekstrem hingga titik nol. Melalui penurunan beban pengeluaran, peningkatan pendapatan melalui program pemberdayaan, serta perbaikan daerah ataupun lingkungan dengan kantong kemiskinan diyakini bisa mendukung inisiatif strategis tersebut.
"Indonesia bukan hanya harus tumbuh tinggi tapi juga inklusif salah satunya dengan program penghapusan kemiskinan, baik yang ekstrem maupun kemiskinan biasa," ungkap Arief dalam kegiatan Diskusi Media: Penghapusan Kemiskinan Ekstrem di Banyuwangi yang merupakan rangkaian acara Journalist Journey PNM 2024, seperti tertuang dalam siaran pers yang diterima Republika, Selasa (1/10/2024).
Salah satu pihak yang diberikan amanat mendukung aspek peningkatan pendapatan adalah PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Melalui program PNM Mekaar (Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera), kata Arif, perempuan prasejahtera diberikan pembiayaan dan pendampingan usaha. Tujuannya agar mampu berdaya dan keluar dari kemiskinan dan kemiskinan ekstrem.
PNM mengajak jurnalis untuk turut melihat langsung potret kemiskinan ekstrem di Banyuwangi. Sebagai informasi, di Banyuwangi angka kemiskinan ekstrem sudah mencapai 0,29% sedangkan Provinsi Jawa Timur 0,66% dan persentase nasional 0,83%.
Para jurnalis diajak berinteraksi langsung dengan lansia penerima program Rantang Kasih bernama Mbah Marinah, seorang nenek berusia 103 tahun dan pelaku UMKM penyedia konsumsi yang mendukung program Rantang Kasih. Rantang Kasih merupakan program pemberian makanan siap saji bergizi kepada lansia setiap hari.
Selain itu, pada kesempatan ini nasabah PNM Mekaar, Sa'adi juga menjadi tujuan kunjungan rombongan. Awalnya, perempuan ini merupakan pencari sapu lidi di hutan yang tinggal di Dusun Telemungsari, Kalipuro, Banyuwangi.
Di usianya yang sudah lanjut, ia masih harus menjadi tulang punggung untuk mencukupi kebutuhan anak dan cucunya. Hingga akhirnya mengenal PNM Mekaar dan mengajukan pinjaman untuk membeli sayur pakis dari buruh tani di desa untuk selanjutnya dijual.
Berjuang dari nol, usaha Sa’adi kini melibatkan beberapa saudaranya untuk membantunya menyiapkan sayur pakis. Hasil usahanya mampu membawa cucunya duduk di bangku sekolah formal dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi berharap agar pemberian modal finansial, intelektual, dan sosial lewat program PNM Mekaar dapat menjadi solusi bagi kelompok subsisten untuk menaikan taraf hidupnya. Pembiayaan berbasis kelompok diyakini dapat mendorong social re-engineering serta meningkatkan peran anggota kelompok untuk saling mendukung kemajuan usaha.
“Mereka yang naik kelas harus tetap ada di ekosistem ini. Kalau bisa yang besar menarik yang kecil,” ungkap Arief.
Sistem kelompok ialah cerminan dari budaya gotong royong masyarakat Indonesia sehingga penting bagi semua nasabah PNM Mekaar untuk selalu menjaga kekompakan.
Sejak diluncurkan pada 2015, PNM memberikan pendampingan kepada lebih dari 20 juta ibu-ibu di seluruh Indonesia. Setelah bergabung dengan Holding Ultra Mikro, layanan inklusi keuangan yang diberikan semakin variatif.
“Sudah 1,7 juta nasabah PNM yang naik kelas lanjut ke BRI atau Pegadaian. 400 ribu ketua kelompok (nasabah PNM Mekaar) kita bantu jadi Agen BRILink Mekaar supaya pendapatan mereka bertambah,” tambahnya.
Arif Budimanta turut mengapresiasi program pemberdayaan PNM Mekaar dan upaya ibu-ibu untuk keluar dari kemiskinan. Menurutnya, keragaman anggota kelompok mendorong munculnya pembelajaran sehingga bisa bersama-sama memajukan kehidupan.
“Karena berbasis kelompok, pesertanya beragam ada yang dari kelompok miskin ekstrem ada juga mungkin golongan menengah. Di sini terjadi pembelajaran. Yang sudah berani berusaha, mereka yang berpendidikan menarik anggota kelompok lainnya,” pungkas Arif.