Kamis 03 Oct 2024 09:21 WIB

Setahun Genosida, Kenali Lagi Simbol Perjuangan Palestina

Simbol-simbol baru terus bermunculan selama Palestina terjajah.

Seorang wanita Palestina yang memakai kunci Palestina selama protes di Beirut, Lebanon, 16 Juli 2019. Kunci adalah simbol perjuangan kembali bangsa Palestina.
Foto: EPA
Seorang wanita Palestina yang memakai kunci Palestina selama protes di Beirut, Lebanon, 16 Juli 2019. Kunci adalah simbol perjuangan kembali bangsa Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sejarah panjang perlawanan Palestina juga memunculkan sejumlah simbol-simbol perjuangan. Dari keffiyeh, buah semangka, hingga segitiga merah. Apa saja makna simbol-simbol tersebut?

Keffiyeh

Baca Juga

Keffiyeh, juga dieja kuffiya, adalah selendang berbahan katun berbentuk persegi dengan pola kotak-kotak khas yang dikenakan di banyak wilayah Arab. Polanya melambangkan jaring-jaring nelayan, yang dibatasi pola daun zaitun serta sungai-sungai di Palestina.

Ia biasa dikenakan sebagai penutup kepala pria dan saat ini juga populer dipakai sebagai syal di leher. Varian hitam-putih, yang dikenakan oleh pria dan wanita Palestina, melambangkan perjuangan Palestina untuk menentukan nasib sendiri, keadilan dan kebebasan. 

photo
Pengunjuk rasa pro-Palestina mengenakan keffiyeh menghadapi polisi saat unjuk rasa All out for Palestine di luar Universitas Columbia di New York, New York, AS, 2 Februari 2024. - (EPA-EFE/SARAH YENESEL)

Kain tersebut, awalnya digunakan untuk melindungi individu di Timur Tengah dari sinar matahari, populer selama Revolusi Arab melawan pemerintahan kolonial Inggris pada tahun 1930-an.

Keffiyeh juga ciri khas Yasser Arafat, mendiang pemimpin Palestina. Saat ini, keffiyeh telah diadopsi secara global oleh individu, aktivis dan organisasi untuk mendukung perjuangan Palestina.

 

Semangka

Semangka tumbuh di seantero Palestina dari Jenin hingga Gaza, buah ini memiliki warna-warna yang sama dengan bendera Palestina, yakni merah dagingnya, hijau dan putih lapisan kulit serta hitam biji-bijinya. 

Seusai perang 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat dan Jalur Gaza serta mencaplok Yerusalem Timur, pemerintah Zionis melarang bendera Palestina di wilayah pendudukan. Terkait larangan ini, simbol semangka muncul dalam seni, kemeja, grafiti, dan poster.

Sejak genosida dilakukan Israel di Gaza pada Oktober 2023, simbol itu menemukan kembali urgensinya di zaman media sosial. Warganet menggunakan emoji semangka sebagai cara untuk menghindari “shadowbanned” alias pembungkaman di media sosial ketika memposting tentang kejadian terkini di Gaza.

photo
Para aktivis pro-Palestina di Singapura membawa payung semangka dalam aksi mengantarkan surat ke Istana Negara pada Februari 2024 lalu. Singapura melarang aksi unjuk rasa pro-Palestina di negara tersebut. - (Twitter/X)

 

Handala

Handala adalah karakter kartun yang dibuat oleh kartunis Palestina Naji al-Ali. Ia menggambarkan seorang anak dengan pakaian compang-camping dengan kedua tangan di punggungnya. Naji al-Ali terinspirasi masa kecilnya sebagai pengungsi dan penderitaan warga Palestina yang terus terlantar akibat Nakba.

Merujuk Aljazirah, versi pertama kartun tersebut muncul di surat kabar Kuwait pada tahun 1969 dan digambar menghadap pembaca. Namun, pada tahun 1973 setelah Perang Oktober, al-Ali mulai menggambar Handala membelakangi pembaca untuk mencerminkan bagaimana dunia sendiri telah berpaling dari Palestina. Ia juga mengenakan pakaian compang-camping khas pengungsi, serta rambut seperti duri untuk melambangkan perlawanan.

Nama Handala diambil dari nama “handhal”, buah pahit yang tumbuh di daerah kering Palestina. Tumbuh kembali ketika dipotong dan memiliki akar yang dalam. Pada tahun 1987, Naji al-Ali dibunuh di London, tanpa diketahui siapa pembunuhnya.

photo
Mural menggambarkan Handala di Spanyol. - (Wikimedia Commons)

 

Kunci

Pada 1948, pasukan teror Zionis mengusir setidaknya 750.000 warga Palestina dari rumah dan tanah mereka dalam peristiwa yang dikenal sebagai Nakba. Warga yang terusir membawa kunci mereka, yakin mereka akan kembali.

Banyak warga Palestina yang masih memegang kunci rumah asli mereka sebagai simbol harapan dan tekad mereka untuk kembali suatu hari nanti. Kunci-kunci ini telah diwariskan selama beberapa generasi dan disimpan sebagai simbol hak warga Palestina untuk kembali – sebuah prinsip yang diabadikan dalam hukum internasional yang memberikan hak kepada individu untuk kembali ke rumah asal mereka.

Selama serangan terbaru Israel di Gaza, setidaknya 1,5 juta warga Palestina telah diusir dari rumah mereka, dua kali lipat jumlah mereka yang mengungsi saat Nakba pada tahun 1948. 

photo
Seorang warga Palestina memegang kunci yang melambangkan perjuangan untuk kembali ke rumah tempat mereka diusir oleh penjajah Israel pada 1948, di depan kantor UNESCO di Kota Gaza, Ahad, 15 Mei 2022. - (AP/Adel Hana)
 

Masjid Kubah Batu

Simbol ini melambangkan harapan warga Palestina atas Yerusalem Timur sebagai ibu kota mereka saat kemerdekaan mereka peroleh.  Masjid Kubah Batu terletak di Kompleks Masjid al-Aqsa yang terletak di Yerusalem Timur tersebut. 

Umat ​​Islam meyakini bahwa dari Al-Aqsa inilah Nabi Muhammad SAW naik ke surga pada peristiwa Mi’raj. Lokasi itu dianggap sebagai salah satu situs paling suci dalam Islam setelah Ka'bah di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Kompleks ini dikenal oleh umat Islam sebagai al-Haram ash-Sharif dan bagi orang Yahudi sebagai Temple Mount. Situs ini sering menjadi titik konflik, dimana pasukan Israel berulang kali melakukan penggerebekan, penutupan dan pembatasan terhadap jamaah Muslim di situs tersebut.

photo
Warga Palestina bertopeng mengibarkan bendera nasional selama bulan suci Ramadhan di depan MasjidKubah Batu di kompleks Masjid al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem Jumat, 29 April 2022. - (AP/Mahmoud Illean)

 

Peta Historis Palestina

Barangkali ini simbol yang paling membuat marah para pendukung Zionis. Peta ini mewakili wilayah geografis yang terkait dengan wilayah tersebut sebelum berdirinya negara Israel pada 1948. Peta tersebut berfungsi sebagai representasi visual dari klaim Palestina atas tanah mereka dan penentuan nasib sendiri.

Peta itu awalnya adalah wilayah yang dijanjikan kolonial Inggris kepada bangsa Palestina sebagai negara mereka. Janji itu dilanggar dengan Deklarasi Balfour yang merestui juga pendirian negara Yahudi di dalam peta tersebut.

PBB pada 1947 membagi peta itu menjadi 62 persen milik negara Yahudi dan sisanya untuk Palestina. Pembagian ini dianggap tak adil karena etnis Yahudi hanya 30 persen dari populasi penduduk dan hanya memiliki secara legal sedikit saja tanah di Palestina. 

Saat ini, wilayah Palestina dalam lingkup peta tersebut hanya tersisa Gaza dan Tepi Barat yang digerogoti terus-menerus pemukiman ilegal Israel. Simbol peta tersebut dibenci Israel karena membayangkan negara Palestina mencakupi seluruh wilayah historis yang artinya hilangnya negara Israel.

 

Segitiga Merah

Simbol segitiga merah terbalik populer selepas serangan 7 Oktober 2023. Dalam video-video perlawanan yang dilansir Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, segitiga merah itu menandai posisi musuh yang bakal dihancurkan. Di Jerman, simbol itu terlarang digunakan dan yang menggunakannya bisa mendapat hukuman pidana.

Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel menerima rata-rata lebih dari seribu tentara baru yang terluka setiap bulannya. Sementara lebih dari 3.700 tentara yang terluka menderita cedera anggota badan, menurut statistik tentara Israel pada Agustus lalu. 

Sejauh ini,  jumlah tentara penjajah yang tewas mencapai 690 tentara dan perwira sejak awal perang, termasuk 330 orang dalam pertempuran darat di Jalur Gaza. Menurut statistik dari Brigade Izzuddin  al-Qassam, sayap militer Hamas, pada bulan Februari, lebih dari 1.108 kendaraan Israel telah dihancurkan sejak awal perang di Jalur Gaza.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement