Selasa 08 Oct 2024 15:16 WIB

Entaskan Stunting, Muslimat NU Ingatkan Bahaya Kental Manis untuk Anak

Aniroh menekankan urgensi untuk terus mengedukasi masyarakat.

Red: Ani Nursalikah
Susu kental manis (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Susu kental manis (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) mengingatkan agar edukasi perihal bahaya kental manis untuk balita dan anak-anak pengganti susu atau ASI perlu diperkuat karena berkaitan erat dengan pengentasan stunting di Indonesia.

 

Baca Juga

"Takutnya nanti mindset warga berubah lagi. Jangan sampai kental manis kembali dipakai karena murah, padahal berbahaya bagi anak-anak. Ini yang jangan sampai terjadi," kata Ketua periodik Muslimat NU 2024, Aniroh, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (8/10/2024).  

 

Aniroh menekankan urgensi untuk terus mengedukasi masyarakat agar tidak memberikan kental manis kepada anak sebagai pelengkap gizi.

 

Muslimat NU turut membantu dalam penanganan stunting di Lampung Tengah. Menurutnya, saat ini penanganan stunting di Lampung Tengah telah mengalami perkembangan.

 

Aniroh mengungkapkan ada penurunan angka stunting dari 22 persen di 2022 menjadi 18 persen di 2024. Menurutnya, jangan sampai progres yang sudah baik ini berjalan mundur karena kekurangan kesadaran orang tua akan bahaya kental manis.

 

"Artinya ini ada penurunan tiga persen. Meski demikian, pengetahuan ibu-ibu harus terus ditingkatkan agar stunting di Lampung Tengah ini bisa mencapai nol persen," katanya.

 

Aniroh mengingatkan kental manis sebenarnya digunakan sebagai topping makanan. Sebabnya, kata dia, entitas pangan tersebut tidak boleh diberikan kepada anak-anak yang masih tumbuh sebagai pengganti susu.

 

"Kental manis ini bukan susu, jangan sampai perkembangan otak anak-anak terganggu karena malah diberikan gula," katanya.

 

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arief Hidayat menyayangkan masih masyarakat yang berpersepsi kental manis adalah susu. Padahal, komposisi kental manis mayoritas berisi gula dan hanya persen mengandung susu.

 

"Kental manis bukanlah susu dan tidak boleh diberikan sebagai pengganti ASI," kata Arief.

 

Dia mengatakan kental manis merupakan salah satu penyebab stunting. Oleh karena itu, kental manis tidak boleh diberikan kepada anak batita dan baru lahir untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan anak.

 

Arief mengingatkan saat ini banyak anak-anak yang terus melakukan cuci darah akibat akibat terlalu banyak mengonsumsi makanan manis. Dia melanjutkan akan menjadi hal yang sangat berbahaya apabila anak sudah mengonsumsi tiga sampai enam botol kental manis per hari.

 

"Ini yang menyebabkan gangguan perkembangan otak pada anak. Makanya ini bahaya. Jadi kalau ibu ngasih kental manis sama saja ibu ngasih sirup ke anak," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement