Selasa 08 Oct 2024 17:12 WIB

Setahun Genosida di Gaza, Sebuah Kejahatan Kemanusiaan dalam Sejarah Dunia

Perang mengubah Gaza menjadi lautan reruntuhan dan kuburan bagi puluhan ribu orang.

Red: Mas Alamil Huda
Warga Palestina berjalan di antara bangunan yang hancur akibat serangan udara dan darat Israel di Khan Younis, Jalur Gaza, Kamis, 12 September 2024.
Foto: AP Photo/Abdel Kareem Hana
Warga Palestina berjalan di antara bangunan yang hancur akibat serangan udara dan darat Israel di Khan Younis, Jalur Gaza, Kamis, 12 September 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan, perang brutal selama 12 bulan telah memporak-porandakan Palestina. Perang telah mengubah Jalur Gaza menjadi lautan reruntuhan dan kuburan bagi puluhan ribu orang, mayoritas anak-anak.

“Setahun telah berlalu dan tiada hari tanpa keluarga-keluarga di Gaza mengalami penderitaan yang tak dapat diungkapkan, karena pengungsian paksa, penyakit, kelaparan, dan kematian telah menjadi norma sehari-hari bagi dua juta orang yang terjebak di daerah kantong yang diisolasi dan dibombardir tersebut," kata Lazzarini lewat unggahan di X, Selasa (8/10/2024).

Baca Juga

“Di Gaza, warga sipil terus menanggung beban perang. Lebih dari 220 anggota tim UNRWA terbunuh: jumlah kematian tertinggi dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa,” katanya menambahkan.

Dia menekankan bahwa anak-anak menjadi pihak pertama dan yang paling menderita. “Selain pembunuhan dan luka, semua anak di Gaza mengalami trauma, dan banyak di antaranya memiliki bekas luka tak kasat mata seumur hidup. Lebih dari 650 ribu anak kehilangan setahun lagi untuk belajar. Alih-alih berada di kelas, mereka harus memilah-milah reruntuhan dengan rasa takut dan putus asa.”

Lazzarini memperingatkan bahwa penghancuran infrastruktur penting di Gaza oleh Israel sudah mencapai tingkat yang sangat parah. Dia menambahkan, lebih dari dua pertiga bangunan UNRWA di Gaza sudah hancur dan tidak dapat digunakan dan sebagian besarnya dimanfaatkan untuk pengungsian di bawah bendera PBB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement