Rabu 09 Oct 2024 21:29 WIB

Sejarah Kelam Timnas Dipermalukan Bahrain, Erick: Akibat Ego Pemimpin yang tak Mau Bersatu

Timnas Indonesia pernah merasakan kekalahan 0-10 dari Bahrain pada pertemuan terakhir

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Ketua Umum PSSI Erick Thohir .
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Umum PSSI Erick Thohir .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang laga melawan Bahrain pada Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia dibayangin sejarah kelam dengan tim Asia Barat tersebut. Dalam kualifikasi Piala Dunia 2014, tepatnya pada 29 Februari 2012, di Manama Bahrain, timnas Indonesia yang kala itu diasuh pelatih Aji Santoso dipermalukan 0-10.

Kekalahan telak tersebut terjadi karena ketika itu timnas Indonesia tidak diisi pemain terbaik. Penyebabnya, terjadi dualisme organisasi antara PSSI dan Komite Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI). Liga pun terbelah dua Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premiere League (IPL).

Baca Juga

Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan, kekalahan yang mencoreng nama bangsa tersebut pada masa lalu terjadi karena konflik adanya dualisme liga.

"Kalau tidak salah waktu itu pas dualisme PSSI, dualisme liga. Saya juga masih muda banget tuh kayaknya. Ya waktu itu. Akhirnya kita tidak bisa mengirimkan tim terbaik. Wajar dibantai. Tetapi itu kan menjadi pelajaran buat kita," ujarnya kepada media, Rabu (9/10/2024) di Jakarta.

"Kita sebagai bangsa, sebagai PSSI, sebagai stakeholder sepak bola, kita harus bersatu untuk bisa melakukan sesuatu yang kita impikan sehingga kita menjadi sebuah kesatuan yang baik. Kalau kita dipecah-pecah kayak dulu. Masing-masing punya ego sektoral, tim nasional sendiri, liga nggak mau berhenti, elite pro akademi sama Suratin jadwal pertandingan tabrakan," kata Erick lagi.

Ia mencontohkan pemain yang membela tim nasional kalau tidak memperkuat tim di Suratin nanti masuk daftar hitam. Menurut Erick, hal-hal semacam ini merupakan jalan menuju kehancuran. Justru itulah komitmen PSSI harus bisa mengatur semuanya lebih baik. Imbasnya agar tim nasional baik dan tidak sampai dibantai 10-0 seperti dulu.

Menurut Erick, suka tak suka kekalahan itu membuat malu karena terjadi di Kualifikasi Piala Dunia. "Kita berdosa tidak bisa mempersiapkan tim sebaik-baiknya karena ego. Ego pemimpin, ego kekuasaan, tapi tidak mencari solusi untuk tadi marwah bangsa, martabat bangsa, sehingga kita bisa lebih baik," tegasnya.

Erick berharap Shin Tae-yong dapat memimpin timnas Indonesia saat ini menuntaskan dendam masa lalu. Ia juga berharap para pemain menyimpan dendam untuk menjadi bahan bakar motivasi untuk memetik hasil terbaik pada laga di Stadion Nasional Bahrain di Riffa, Manama, Kamis pukul 23.00 WIB.

"Tapi hati-hati karena ini kan Bahrain tuan rumahnya. Kalau kita lihat juga ketika lawan Australia juga banyak kartu-kartu yang harus diwaspadai. Sepak bola kan seperti itu. Kita sering dirugikan kemarin-kemarin karena dianggap tim anak bawang," ungkapnya.

"Jadi mungkin banyak negara, banyak wasit juga melihat kita ini belum main sepak bola dengan baik. Kalau sekarang ya. Kalau kita dizolimin seperti itu. Dirugikan seperti itu. Mereka harus berpikirlah. Karena memang standar sepak bola Indonesia sudah bagus," kata Erick.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement