Sabtu 12 Oct 2024 08:41 WIB

Presiden Filipina Tuding China Lakukan Intimidasi dan Pelecehan

Filipina dan China bersitegang terkait masalah Laut China Selatan.

Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menuding China melakukan intimidasi ke negaranya.
Foto: EPA-EFE/PRESIDENTIAL COMMUNICATIONS OFFICE
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menuding China melakukan intimidasi ke negaranya.

REPUBLIKA.CO.ID, VIENTIANE -- Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr mendesak para pemimpin Asia Tenggara dan China dalam pertemuan regional di Vientiane, Laospada Kamis (10/10/2024), untuk segera mempercepat negosiasi mengenai kode etik untuk Laut China Selatan. Marcos juga sambil menuduh Beijing melakukan pelecehan dan intimidasi.

Berbicara di hadapan kepala negara ASEAN dan Perdana Menteri (PM) China Li Qiang yang hadir, Marcos mengatakan, kemajuan substantif diperlukan dan semua pihak harus "sungguh-sungguh terbuka untuk serius mengelola perbedaan" dan mengurangi ketegangan.

Baca Juga

China dan sekutu Filipina, yaitu Amerika Serikat (AS), telah berselisih mengenai serangkaian konfrontasi di dekat wilayah sengketa di Laut China Selatan. Adapun Manila menuduh penjaga pantai (coast guard) China melakukan agresi dan Beijing marah atas apa yang disebutnya provokasi berulang dan pelanggaran wilayah.

Pertengkaran itu telah sengit dan menimbulkan kekhawatiran regional tentang eskalasi yang dapat melibatkan AS, yang memiliki perjanjian pertahanan dengan Filipina pada 1951, yang mengharuskan negeri Paman Sam membela negara tersebut jika diserang China.

"Harus ada lebih banyak urgensi dalam negosiasi kode etik ASEAN-China," kata Marcos dalam pertemuan tersebut dilaporkan Reuters. "Sangat disesalkan bahwa situasi keseluruhan di Laut China Selatan tetap tegang dan tidak berubah. Kami terus mengalami pelecehan dan intimidasi."

PM Li dalam pernyataannya pada Jumat (11/10/2024), mendesak negara-negara di luar wilayah Asia Tenggara untuk menghormati dan mendukung upaya perdamaian China di Laut China Selatan, serta berperan konstruktif dalam perdamaian dan stabilitas regional. Hanya saja, Li tidak menyebut nama negara yang dimaksud.

Tanpa merujuk pada negara atau insiden tertentu, Li mengatakan, China selalu bersikeras menyelesaikan perbedaan dengan negara-negara terkait melalui dialog dan konsultasi serta secara aktif melakukan kerja sama praktis di laut, menurut laporan kantor berita resmi Xinhua.

Baca: Maskapai Garuda akan Terbang dari Bandara Halim Perdanakusuma

Li juga mengatakan, China dan ASEAN "berusaha untuk penyelesaian awal" kode etik tersebut. Berdasarkan peta lama, China mengkelaim, kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan dan telah mengerahkan armada penjaga pantai jauh ke Asia Tenggara, termasuk ke Zona Ekonomi Eksklusif Malaysia, Brunei, Filipina, dan Vietnam.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement