Jumat 18 Oct 2024 22:42 WIB

Santri akan Warnai Indonesia Emas dan Lanjutkan Pembangunan Bangsa

Komisioner BP Tapera Heru Pudyo memotivasi santri untuk selalu mencari ilmu.

Dewan Pengawas Syariah BP Tapera Prof Muhamad Nadratuzzaman Hosen (tengah), DPS Bank BTN Syariah KH Muhammad Faiz Syukron Makmun, duduk bersama di forum diskusi di Kompleks Pesantren Baitul  Arqom, Jember, Jawa Timur.
Foto: Erdy, Sigit/Republika
Dewan Pengawas Syariah BP Tapera Prof Muhamad Nadratuzzaman Hosen (tengah), DPS Bank BTN Syariah KH Muhammad Faiz Syukron Makmun, duduk bersama di forum diskusi di Kompleks Pesantren Baitul Arqom, Jember, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hari ini santri mencari ilmu, melatih diri dengan berbagai keterampilan, dan membiasakan diri berakhlak mulia. Dengan bersusah payah untuk itu semua, mereka kelak akan menjadi SDM unggul yang meneruskan pembangunan bangsa ini.

“Terlebih nanti pada 2045, tentu santri dan berbagai lulusan berbagai lembaga pendidikan, yang saat itu berada pada rentang usia 20-60-an tahun, akan menjadi pengambil keputusan, dan berperan strategis meningkatkan ekonomi dan menjadikan bangsa ini semakin berdaya saing,” kata Komisioner BP Tapera Heru Pudyo Nugroho dalam pidatonya di Kompleks Pesantren Baitul Arqom, Jember, Jawa Timur, pada Jumat (18/10/2024).

Baca Juga

Ketika SDM unggul mewarnai dinamika pembangunan bangsa, Heru menjelaskan, pendapatan per kapita Indonesia setara dengan negara maju, kemiskinan semakin rendah menuju 0 persen, dan ketimpangan semakin tertekan. Selain itu, di tangan anak-anak muda nanti, Indonesia semakin berpengaruh dan disegani di mata negara lain, SDM semakin unggul, dan intensitas emisi GRK menurun menuju net zero emission.

 

Lima karakter

Heru juga menjelaskan SDM unggul menjadi kunci menuju Indonesia emas 2045. Ada lima karakter yang harus mereka miliki. Pertama adalah integritas, yaitu jujur dan berpegang teguh pada kebenaran untuk mewujudkan keadilan.

Kedua, kompetensi: mencakup pengetahuan dan keterampilan teknis dan pandai bergaul untuk bangun kolaborasi.

Ketiga, konsistensi. Maksudnya adalah andal, mampu menyelesaikan banyak permasalahan.

Keempat, loyalitas, maksudnya ada keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan muruah orang lain.

Kelima, keterbukaan, artinya melibatkan banyak pihak untuk sama-sama maju.

Dalam kesempatan tersebut, Heru juga menjelaskan urgensi kepemilikan rumah yang bermanfaat sebagai tempat tinggal dan aktualisasi diri.

Rumah juga menjadi tempat melahirkan SDM berkualitas. “Mari kita sama-sama bergotong royong saling membantu untuk memiliki rumah, karena rumah yang layak menjadi strategis untuk hidup sehat sehingga terhindar dari stunting dan menjadi generasi yang kuat,” kata Heru.

photo
Kegiatan MOU BP Tapera, Bank BTN Syariah, dan Pesantren Baitul Arqom di Jember Jawa Timur - (Erdy Nasrul/Republika)

Santri belajar ke Rusia

Dewan Pengawas Syariah Bank BTN Syariah KH Muhammad Faiz Syukron Makmun mengagumi santri-santri Pesantren Baitul Arqom. Sebab mereka gigih mencari ilmu dan mengasah batin untuk selalu berakhlak mulia. “Kalau melihat kalian semua, santri Baitul Arqom, saya optimistis, bangsa ini di masa yang akan datang akan baik-baik saja, bahkan maju menjadi lebih baik dan semakin disegani di dunia,” kata putra pendakwah terkenal KH Syukron Makmun tersebut.

Untuk menjadi insan yang memberikan banyak manfaat, Gus Faiz mengimbau semua santri untuk memiliki impian menjadi orang besar. Sebab mimpi itu bukan sekadar berangan-angan, tapi juga doa agar kelak menginspirasi banyak orang.

Dia bercerita ada seorang santrinya yang hidup kekurangan, sehingga mendapatkan beasiswa untuk belajar di pesantren.

Setamat dari sana, dia menjadi guru di sebuah sekolah dasar di Rangkasbitung Banten. Di tengah pelajaran, siswa SD itu dijemput orang tua untuk bantu garap sawah. Bukan hanya satu, tapi banyak siswa yang seperti itu. Akibatnya, siswa sekolah mengosongkan sekolah. Namun guru tetap harus di sekolah hingga sore hari.

Untuk mengisi kekosongan, dia belajar Bahasa China dan Rusia secara otodidak. Kemudian dia membuat proposal permohonan beasiswa ke sebuah perguruan tinggi di Kazan Rusia. Proposal itu diterima dan dikabulkan oleh pihak perguruan tinggi di Kazan. Santri yang mendapatkan beasiswa itu terbang ke sana belajar ilmu kedirgantaraan. “Sekarang adiknya juga dibawa ke sana ikut mencari ilmu, insya Allah nanti jadi orang besar dan memberikan manfaat kepada banyak orang,” kata Gus Faiz.

Pesan Buya Nadra

Dewan Pengawas Syariah BP Tapera Prof Muhamad Nadratuzzaman Hosen (Buya Nadra), mengimbau para santri untuk belajar dari jam. Dia dapat imbauan itu dari kiai Nahdlatul Ulama asal Garut KH Anwar Musaddad. Jam harus tepat waktu. Pelajaran dari itu adalah istikamah. “Tak boleh lompat-lompat. Manfaatkan waktu dengan baik,” kata pakar ekonomi dan keuangan syariah tersebut.

Jam yang bagus adalah yang tahan banting dan tahan air. Santri harus mampu menahan diri dari berbagai hal yang destruktif, harus mampu menghadapi berbagai cobaan hidup. “Air dapat menenggelamkan, tapi juga mampu membersihkan....ini, jadilah seperti air yang membersihkan dan mencerahkan orang lain,” ujar Nadratuzzaman.

Pesan KH Ismat Syauqi

Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Arqom KH Ismat Syauqi menjelaskan, upaya strategis untuk mempersiapkan Indonesia Emas 2045 harus disiapkan sedini mungkin. 

Tidak mudah, tapi harus dimulai, dan bisa jadi memerlukan pengorbanan. Salah satunya adalah investasi dalam bentuk beasiswa untuk mempersiapkan generasi muda menjadi insan berkualitas.

"Orang tua, kita, memikirkan masa depan dari sekarang. Kita boleh keluarkan uang membeli masa depan 10-20 tahun kedepan. Tentu dengan nilai yang tidak sedikit. Beasiswa itu menjadi persiapan untuk sekolah, gimana supaya dapat melanjutkan pendidikan hingga jenjang tinggi. Semua ini dimaksudkan untuk keberlangsungan bangsa kita," kata Kiai Syauqi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement