Rabu 30 Oct 2024 18:54 WIB

Buka ISEF 2024, Airlangga Sebut Pertumbuhan 8 Persen Bisa Tercapai Lewat Ekonomi Syariah

Kondisi perkembangan perekonomian dunia yang hingga saat ini belum kembali normal.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Foto: Republika/Prayogi
Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan optimismenya terhadap target pertumbuhan ekonomi mencapai hingga 8 persen pada masa pemerintahan Prabowo-Gibran, melalui ekonomi syariah (eksyar) yang terus didorong. Hal itu disampaikan saat meresmikan pembukaan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (30/10/2024).

“Sebagaimana sering kita dengar, Bapak Presiden menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen di tahun 2029. Ini bukan hal yang mustahil mengingat Indonesia pernah mencapai rata-rata pertumbuhan ekonomi 7,3 persen di periode 1986—1997, bahkan 8,2 persen di 1995,” kata Airlangga dalam sambutannya di agenda ISEF 2024, Rabu (30/10/2024).

Baca Juga

Airlangga mengatakan, untuk bisa meraih target pertumbuhan ekonomi 8 persen dari angka pertumbuhan ekonomi saat ini, 5,2 persen, diperlukan berbagai langkah strategis. Hal itu mengingat kondisi perkembangan perekonomian dunia yang hingga saat ini belum kembali normal dari dampak long Covid-19.

“Oleh karena itu perlu didorong sumber pertumbuhan baru, adaptasi teknologi dan inovasi agar kita bisa mencapai pendapatan di atas pendapatan menengah. Tema yang diangkat pada ISEF sangat relevan dimana kita berupa mengakselerasi perekonomian di tengah tantangan global yang semakin kompleks. Ekonomi keuangan syariah tentu memiliki peran strategis guna mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar dia.

Airlangga meyakini ekonomi syariah dan industri halal berperan strategis dalam memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global. Dengan jumlah penduduk muslim mencapai 87 persen, Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan eksyar.

Dalam State of The Global Islamic Economy (SGIEI) Report, pada 2023 Indonesia menempati posisi ketiga, di bawah Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA). Selain itu, kontribusi eksyar dalam produk domestik bruto (PDB) yang mencapai 48,71 persen dan berperan dalam mendukung pemberdayaan UMKM menjadi peluang bagi pengembangan eksyar.

“Dalam RPJMN 2025—2045 pemerintah menargetkan Indonesia Emas transformasi pertumbuhan ekonomi yang kuat, oleh karena itu visi pengembangan sektor produktif seperti syariah dan produk halal menjadi sangat penting. Dan tentunya dalam rangka mencapai visi Asta Cita kedua dalam Kabinet Merah Putih bertekad untuk mendorong kemandirian nasional, dan salah satunya kemajuan ekonomi syariah,” jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement