REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Calon Bupati Indramayu nomor urut dua, Lucky Hakim memberikan tanggapan soal keributan yang terjadi antara calon Bupati Indramayu nomor urut tiga, Nina Agustina, dengan warga di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu.
Apalagi, dalam video yang beredar, Nina menyebut nama Lucky Hakim dalam keributan tersebut. Dia juga menuding pendukung Lucky sengaja menghadangnya.
‘’Menurut saya, ini narasi yang merugikan paslon nomor dua, yaitu saya dan Pak Syaefudin (calon wakli bupati nomor urut dua), karena dinarasikan bahwa rombongan Bupati Nina Agustina dihadang oleh orangnya Lucky Hakim,’’ ujar Lucky, saat ditemui akhir pekan kemarin.
Lucky membantah pendukungnya menghadang rombongan Nina Agustina. Dia memastikan, dilihat dari video yang beredar, tidak ada warga yang melakukan penghadangan tersebut. ‘’Kan Bupati Indramayu Nina Agustina dikawal Patwal. Patwalnya bisa berjalan dengan lancar, dan mobil Pajero warna hitam (yang dinaiki Nina) itu memang berhenti dengan sendirinya tanpa dihadang, bisa terlihat. Jadi tidak ada penghadangan menurut saya,’’ papar Lucky.
Ketika ditanyakan mengenai tudingan bahwa kejadian itu sengaja digerakkan secara struktural oleh pihaknya, Lucky meminta agar hal itu dibuktikan. Dia pun mempertanyakan letak kesalahan masyarakat yang mengacungkan jari sesuai nomor urut paslon yang mereka dukung.
‘’Apakah salah kalau ada orang pengen begini (menunjukkan dua jari)? Salahnya dimana? Kecuali dia melakukan tindakan yang tidak sopan dalam asas-asas etika. Misalnya ke depan mukanya. Jadi kalau ini digerakkan secara struktural, secara organisasi, ya silahkan dibuktikan saja,’’ kata Lucky.
‘’Ini belum apa-apa sudah suudzon. Jadi maksud saya, ya Allah semoga dijauhkan dari ketantruman. Karena tantrum itu adalah suatu hal yang sangat membahayakan. Bayangkan kalau misalnya seorang bupati tantrum seperti apa gitu. Dan apalagi suudzon. Sudah tantrum, suudzon pula,’’ imbuh Lucky.
Lucky juga mengaku tidak mampu mengkoordinir warga secara sistemik untuk berbuat seperti yang dituduhkan oleh pihak paslon nomor urut tiga. ‘’Saya bukan incumbent. Saya ini bukan anaknya jenderal. Saya ini anaknya tukang bengkel sepeda di (Kecamatan) Kedokanbunder. Saya itu cucunya tukang es gosrok. Kakak saya juga masih ngoyos (menanam padi) di sawah,’’ kata Lucky.
Lucky juga menolak dengan tegas jika pendukungnya dicap sebagai gerombolan. Dia menyatakan, para pendukungnya merupakan masyarakat secara umum yang ingin melakukan perubahan dan ganti bupati. ‘’Yang memilih saya, yang bareng-bareng sama saya, adalah ibu-ibu, petani, orang-orang susah, orang-orang yang terzolimi sebenarnya secara psikologis,’’ katanya.
Lucky pun menyesalkan namanya ikut diseret dalam kasus tersebut. Bahkan, dia mendengar namanya disebut sampai tiga kali oleh Nina Agustina saat keributan itu terjadi. ‘’Memfitnah saya, membawa nama saya, disebut nama saya secara verbal. Tiga kali nama saya disebut di situ,’’ ucapnya.
Lucky menyayangkan, adanya tindakan persekusi yang menimpa seorang warga dalam keributan tersebut. Tak hanya oleh Nina, warga tersebut juga menerima persekusi dari sejumlah relawan Nina yang berbadan kekar. ‘’Orang itu adalah orang Indramayu, ber-KTP Indramayu, pembayar pajak. Yang pajaknya dipakai untuk membeli mobil yang dipakai sama bupati, menggaji polisi yang ngawal, menggaji camat-camat. Uang orang yang lagi dimaki-maki itu dipakai buat membeli bajunya bupati, bahkan untuk makan-minumnya bupati,’’ papar Lucky.
Lucky pun menyoroti adanya sejumlah camat yang ikut dalam rombongan Nina Agustina. Padahal, mereka adalah aparatur sipil negara (ASN). Dia menilai hal tersebut merupakan pelanggaran.
Ketika ditanyakan apakah akan melaporkan balik pihak paslon nomor urut tiga, Lucky menyatakan, tim hukumnya sedang mengevaluasi. Meski demikian, pihaknya akan mengedepankan kekeluargaan dan akan mendengar nasihat para alim ulama dan tokoh masyarakat.