REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Lembaga Dakwah Khusus Majelis Ulama Indonesia (LDK MUI) bersama sejumlah lembaga mualaf menginisiasi pembentukan Asosiasi Lembaga Mualaf Indonesia (Alami). Peluncuran Alami berbarengan dengan Jambore Lembaga Mualaf Indonesia di Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada 2-3 November 2024.
Pembukaan jambore dihadiri oleh Ketua Bidang Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan MUI Pusat, Prof Utang Ranuwijaya dan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Berdasarkan hasil musyawarah peserta jambore, ditetapkan Ketua Dewan Pengawas Alami Ustaz Abu Deedat Syihab dan Ketua Alami Ustaz Fadzlan Garamatan untuk periode tiga tahun kedepan.
Ketua Dewan Pengawas Alami Ustaz Abu Deedat mengatakan pembentukan Alami sebagai upaya menguatkan pembinaan mualaf. Karena memang saat ini luar biasa perkembangan untuk orang masuk Islam, sangat tinggi sekali.
"Dengan adanya asosiasi ini, semakin menguatkan untuk menjaga orang yang baru masuk Islam dengan pembinaan-pembinaan," kata Ustaz Abu Deedat dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin, (4/11/2024).
Menurut Ustaz Abu Deedat, dengan pembinaan intens, para mualaf akan tetap istikamah berislam. Kemudian menjaga mualaf agar setelah masuk Islam, tidak masuk kepada kelompok yang menyimpang dari pemahaman Islam.
Ustaz Abu Deedat melanjutkan, Alami dibentuk untuk membangun sinergi antar lembaga mualaf. Asosiasi ini diharapkan dapat mengikat, menyatukan langkah dalam membina umat.
"Sehingga antar lembaga mualaf semakin solid. Mudah-mudahan dengan adanya asosiasi ini, lembaga-lembaga mualaf menjaga binaannya. Kemudian data-data mualaf secara nasional akan terhimpun riil," jelas Ustaz Abu Deedat yang juga Ketua LDK MUI Pusat.
Ketua Alami terpilih Ustaz Fadzlan Garamatan mengatakan, untuk langkah awal, pihaknya akan mengurus legalitas organisasi berbentuk perkumpulan.
"Selanjutnya, dalam waktu dekat kami akan menggelar raker dan menyusun kepengurusan," ujar Ustaz Fadzlan dai asal Fakfak, Papua Barat ini.
Ustaz Fadzlan mengatakan, Alami akan bergerak cepat bersilaturahmi dengan pihak-pihak terkait. Seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kementerian Agama (Kemenag) dan lembaga lainnya.
Selain pembinaan, kesejahteraan mualaf menjadi pekerjaan rumah yang harus dirancang dan diimplementasikan dengan aksi nyata. Karena banyak kasus mualaf yang terusir dari keluarganya dan tidak memiliki bekal ekonomi setelah berislam.
"Kita berharap, orang-orang yang baru masuk Islam ini bisa segera mandiri secara ekonomi. Seperti Abu Bakar Shiddik, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Ibnu Mas'ud. Mereka ini adalah mualaf-mualaf tangguh, mandiri secara ekonomi," ujar Ustaz Fadzlan yang dikenal sebagai dai yang telah mengislamkan ribuan mualaf di pedalaman Indonesia timur.
Ustaz Fadzlan juga menyoroti adanya mualaf gadungan yang motifnya mencari keuntungan. Ia mengungkapkan banyak mendengar laporan adanya kasus orang meminta uang dengan modus berpura-pura menjadi mualaf.
"Ada satu orang yang bisa masuk Islam di 30 sampai 40 masjid. Jumat syahadat di Jakarta, tapi Jumat berikutnya syahadat di Banten. Nanti Jumat berikutnya di Bali. Terus di Bandung. Orang ini menggunakan kata mualaf untuk mencari uang," ujar Presiden Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) ini.
Untuk itu, Ustaz Fadzlanmengatakan, kehadiran Alami diharapkan dapat menertibkan mualaf-mualaf palsu.
"Diharapkan adanya Alami pendataan mualaf akan semakin baik dan tercatat. Sehingga tidak ada lagi satu mualaf yang berkali-kali bersyahadat di berbagai tempat," kata Ustaz Fadzlan.
Tercatat peserta perwakilan 32 lembaga mualaf dari berbagai daerah mengikuti acara jambore dan turut menginisiasi lahirnya Alami. Lembaga mualaf yang hadir antara lain Mualaf Center Indonesia (MCI), International Mualaf Center Masjid Agung Sunda Kelapa, Pesantren Mualaf Indonesia Dompet Dhuafa, Persaudaraan Al Ihsan Mualaf Indonesia (PAMI), Forum Mualaf Bogor, Yayasan Mualaf Ulur Tangan Bolaang Mongondow, Yayasan Rumah Singgah Mualaf, An Naba Center, Yayasan Pembina Muallaf (YPM) Attauhid dan lain sebagainya.