RUZKA-REPUBLIKA NETWORK -- Sederet panjang nama tokoh tersohor di panggung dunia hukum Indonesia lahir dari fakultas ini.
Sebagian di antara mereka adalah Prof Dr Yusril Ihza Mahendra selaku Menteri Koordinator bidang Hukum dan HAM, Imigrasi dan Kemasyarakatan RI, Prof Dr Todung Mulya Lubis sebagai Duta Besar RI untuk Norwegia (2018-2023), Prof Dr Jimly Asshiddiqie (Hakim Mahkamah Konstitusi RI (2003-2008) dan Prof Hikmahanto Juwana SH, LLM PhD selaku Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani.
Selama satu abad, Fakultas Hukum (FH) Universitas Indonesia (UI) telah berkontribusi bagi kemajuan bangsa dengan menghasilkan lulusan yang unggul di bidang akademik maupun dalam bidang praktik hukum.
Sebagai pelopor pendidikan tinggi hukum di Indonesia, keunggulan FHUI diakui secara internasional, yang dibuktikan dengan diraihnya peringkat 201–250 dunia versi Times Higher Education (THE) World University Rankings (WUR) 2024 by Subject dan peringkat 151–200 dunia versi Quacquarelli Symonds (QS) WUR by Subject 2024.
Pada puncak perayaan Dies Natalis ke-100 FHUI yang berlangsung di Balai Sidang UI pada Senin (28/10) lalu, Plt. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Prof Dr Ir Dedi Priadi, DEA, mengapresiasi keberhasilan FHUI dalam mempertahankan posisinya sebagai sekolah hukum teratas di Indonesia.
“Prestasi ini mencerminkan dedikasi dan kerja keras tenaga kependidikan, mahasiswa, serta alumni. Kami berharap keberhasilan ini memperkuat posisi UI di panggung global dan mendorong kolaborasi yang lebih solid untuk membawa UI menuju peringkat yang lebih tinggi,” ujar Dedi dalam keterangan yang diterima, Selasa (05/11/2024).
Dalam perayaan tersebut, FHUI melakukan refleksi sejarah dengan menghadirkan seorang pemikir hukum terkemuka dari Belanda, Rogier Chorus, yang dalam beberapa tahun terakhir menggali pemikiran Paul Scholten selaku dekan pertama Rechtshoogeschool te Batavia—cikal bakal FHUI.
Menurut Chorus, Scholten adalah pemikir hukum yang menjunjung tinggi keadilan dan kemanusiaan.
“Ia memandang hukum tidak hanya sebagai seperangkat aturan, melainkan ilmu yang hidup yang harus berinteraksi dengan konteks sosial dan budaya di mana hukum diterapkan,” tuturnya.
Pemikiran Scholten berpengaruh besar terhadap metode pendidikan hukum di Hindia Belanda. Peran Scholten dalam mendirikan Rechtshoogeschool adalah langkah penting yang mengarah pada pembentukan FHUI pascakemerdekaan.
“Sejak menjadi bagian dari Universiteit van Indonesië pada 1950, FHUI berpegang pada prinsip-prinsip yang diletakkan oleh Scholten, yang menjadikan fakultas ini sebagai pusat pendidikan hukum terdepan di Indonesia dan Asia Tenggara,” jelas Chorus.
Sebagai bagian dari refleksi perjalanan 100 tahun pendidikan tinggi hukum di Indonesia, FHUI juga meluncurkan buku 100 Tahun Pendidikan Tinggi Hukum di Indonesia yang disusun oleh 19 tokoh hukum terkemuka.
Buku ini memuat kontribusi praktisi, akademisi, dan aktivis yang memperjuangkan hak masyarakat, lingkungan, serta hak asasi manusia sebagai dedikasi untuk memperingati momen 100 tahun FHUI. Selain itu, pada akhir sidang, diluncurkan Perangko 100 tahun FHUI yang diinisiasi oleh alumni FHUI Angkatan 1972.
Rangkaian Dies Natalis Ke-100 FHUI juga diisi dengan pemberian apresiasi kepada alumni FHUI yang berkontribusi bagi kemajuan pendidikan hukum di Indonesia.
Penghargaan Dharma Justicia diberikan kepada tokoh hukum terkemuka alumni FHUI sebagai pengakuan atas dedikasi, komitmen, dan kontribusi seumur hidup yang diberikan.
Mereka adalah Prof Dr Mr R.Soepomo (perancang Undang-Undang Dasar 1945), Prof Mr. Djokosoetono, SH (pendiri FHUI), Prof Dr H Adnan Buyung Nasution (advokat senior sekaligus pejuang hak asasi manusia), serta Prof Erman Rajagukguk, (akademisi dan pakar hukum ekonomi).
Penghargaan tersebut diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain patung Prof. Soepomo yang ditempatkan di halaman gedung Integrated Laboratory and Research Center (ILRC) FHUI sebagai simbol ketokohannya dalam merumuskan dasar hukum negara.
Beberapa lembaga juga didirikan, antara lain Djokosoetono Scholarship sebagai pemberi beasiswa pendidikan bagi mahasiswa; Bang Buyung Grace untuk mewadahi program hibah pengabdian masyarakat FHUI; serta Herman Awards sebagai program insentif publikasi terbaik untuk menghargai kontribusi Prof. Erman dalam pengembangan riset dan literatur hukum.
Dekan fakultas tersebut, Dr Parulian Paidi Aritonang, menyebut bahwa pencapaian seabad ini adalah bagian dari komitmen FHUI dalam melahirkan pemimpin hukum yang berintegritas dan siap menghadapi tantangan era baru.
"Mari kita jadikan momen 100 tahun ini sebagai landasan untuk terus mengembangkan pendidikan hukum yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga praktik dan semangat keadilan yang sesungguhnya,” terangnya. (***)