Jumat 08 Nov 2024 10:30 WIB

Suporter PSG Kibarkan Spanduk Raksasa 'Bebaskan Palestina', UEFA tak Jatuhkan Sanksi

UEFA hanya melarang pesan politik yang dianggap menghina dan provokatif.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Para pendukung Paris Saint-Germain membentangkan spanduk bertuliskan
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED BADRA
Para pendukung Paris Saint-Germain membentangkan spanduk bertuliskan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dukungan kemerdekaan untuk negara Palestina terus mengalir. Tak hanya melalui debat di forum internasional maupun demonstrasi di jalan-jalan, melainkan juga di pentas olahraga.

Salah satu dukungan untuk kemerdekaan negara "bumi para nabi" tersebut datang dari para penggemar kelompok garis keras PSG Auteuil Kop. Mereka memajang spanduk besar bertuliskan "Bebaskan Palestina" sebelum pertandingan Liga Champions melawan Atletico Madrid pada Kamis (7/11/2024) dini hari WIB, sepekan sebelum timnas Prancis melawan Israel di UEFA Nations League.

Baca Juga

"Perang di lapangan, tetapi perdamaian di dunia," demikian bunyi pesan di bawah bendera berukuran raksasa tersebut.

Selama pertandingan, mereka juga menyampaikan pesan lain yang menusuk ke sanubari yakni berbunyi, "Apakah kehidupan seorang anak di Gaza kurang berarti daripada yang lain?"

Aksi mereka terjadi saat Israel terus melancarkan serangan militer di Gaza yang telah menewaskan sekitar 43.400 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023, menurut data kementerian kesehatan Gaza. Konflik tersebut pecah setelah serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang.

Tahun lalu, Celtic didenda 17.500 euro atau sekira Rp 296 juta karena para penggemar mengibarkan bendera Palestina selama pertandingan Liga Champions.

PSG terhindar dari sanksi UEFA

Badan pengatur sepak bola Eropa UEFA mengatakan bahwa Paris Saint-Germain tidak akan menghadapi konsekuensi apa pun setelah spanduk raksasa "Bebaskan Palestina" dibentangkan sebelum pertandingan Liga Champions melawan Atlético Madrid.

Seorang juru bicara UEFA mengatakan, PSG tidak akan menghadapi proses disipliner karena hanya melarang pesan-pesan politik yang dianggap menghina atau provokatif.

PSG mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui "adanya rencana untuk menampilkan pesan semacam itu." "Paris St Germain mengingatkan bahwa Parc des Princes adalah -- dan harus tetap -- tempat berkumpulnya gairah bersama untuk sepak bola dan dengan tegas menentang pesan apa pun yang bersifat politis di stadionnya," tambah klub itu dalam sebuah pernyataan.

Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Retailleau menyebut pembukaan spanduk itu "tidak dapat diterima" dan ketika ditanya apakah ia akan meminta sanksi terhadap PSG, Retailleau mengatakan kepada Sud Radio: "Saya tidak mengesampingkan apa pun. Saya akan menuntut penjelasan dari PSG."

Presiden Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) Philippe Diallo dipanggil untuk rapat pada pukul 09.00 waktu Paris di Kementerian Dalam Negeri pada Jumat, seorang sumber yang mengetahui langsung masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa pihaknya belum mengonfirmasi kehadirannya. FFF tidak memiliki kekuasaan atas kompetisi klub Eropa.

Saluran TV Prancis BFM mengatakan direktur jenderal PSG Victoriano Melero juga dipanggil. PSG tidak menanggapi permintaan komentar.

Prancis akan menghadapi Israel di Stade de France, Kamis depan, dengan para penggemar diizinkan masuk ke stadion berkapasitas 80.000 orang itu.

Pertanyaan telah diajukan mengenai keamanan seputar laga tersebut di negara yang memiliki komunitas Yahudi terbesar di Eropa--ketiga di dunia, jauh di belakang Amerika Serikat dan Israel--sekaligus jumlah Muslim terbesar di Eropa.

Bulan lalu, pejabat kepolisian Paris mengatakan pertandingan itu "tentu saja akan terbuka untuk umum."

Italia bermain melawan Israel di Udine di tengah keamanan yang ketat, tetapi Belgia memainkan pertandingan kandang mereka di Debrecen, Hungaria, setelah federasi mereka mengatakan bahwa "Di Belgia, tidak ada pemerintah daerah yang menganggap mungkin untuk menyelenggarakan pertandingan kandang Setan Merah melawan Israel." 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement