Sabtu 09 Nov 2024 15:45 WIB

Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan Potensial Menang Fenomenal di Pilgub Jabar

Elektabilitas Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan mencapai 74,6 persen.

Pasangan calon nomor 4, Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan sangat potensial menang fenomenal pada pemilihan gubernur Jawa Barat 27 November.
Foto: Dok Republika
Pasangan calon nomor 4, Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan sangat potensial menang fenomenal pada pemilihan gubernur Jawa Barat 27 November.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pasangan calon nomor 4, Dedi Mulyadi – Erwan Setiawan sangat potensial menang fenomenal pada pemilihan gubernur Jawa Barat 27 November mendatang. Elektabilitas paslon yang didukung parpol terbanyak itu sudah mengungguli jauh 3 paslon lain dengan 74,6 persen.

Demikian temuan survei terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network Denny JA yang disampaikan Direktur Eksekutif Citra Komunikasi LSI Denny JA, Toto Izul Fatah kepada pers, di Bandung, Jumat (8/11/2024).

Baca Juga

Survei dilakukan dari tanggal 31 Oktober – 4 November 2024. Menggunakan metodologi standar, Multistage Random Sampling melalui wawancara tatap muka kepada 800 responden dengan margin of error plus minus 3,5 persen.

Menurut Toto, keunggulan Dedi -Erwan tersebut sebenarnya tidak terlalu mengagetkan. Karena data yang sama juga muncul saat turun survei untuk Pilbub dan Pilwalkot di sejumlah wilayah di Jabar, dimana pertanyaan soal paslon gubernur Jabar disisipkan. Hasilnya, Dedi Mulyadi selalu unggul di rata-rata 70 persen.

Bahkan, kata Toto, ada juga yang tembus di angka 80 persen di Purwakarta dan 90 persen di Subang. Yang dibawah 70 persen, hanya terjadi di Kota Bekasi (62 persen) dan Kabuapten Ciamis (67 persen). Tapi, jika dibanding dengan tiga paslon lain, tetap saja Dedi -Erwan unggul jauh.

“Kami dari LSI Denny JA, pernah turun juga untuk survei Pilbub dan Pilwakot di sejumlah wilayah di Jabar pada priode September – Oktober. Hasilnya, masih kurang lebih sama, selalu diatas 70 persen, kecuali di Kota Bekasi dan Ciamis,” ungkapnya.

Sementara itu, lanjut Toto, tiga paslon lain, Ahmad Syaikhu – Ilham Akbar Habibie (12,0 persen), Acep Adang Ruhiyat – Gitalis Dwi Natarina (6,5 persen), Jeje Wiradinata – Ronal Surapraja (5,3 persen), belum ada yang tembus di angka 15 persen. Ada swing voters (1,6 persen).

Dari data yang dipaparkan Toto, salah satu faktor keunggulan paslon yang diusung parpol dengan jumlah terbanyak itu, calon gubernurnya, Dedi Mulyadi sudah memiliki tingkat pengenalan yang sangat tinggi, yaitu 92,1 persen dan tingkat kesukaan 88,6 persen. Angka ini menggambarkan popularitas Dedi itu berbanding lurus dengan kesukaan.

Tingginya angka pengenalan dan kesukaan tersebut, menurut Toto, terkonfirmasi secara logis pada dukungan yang merata di seluruh segmen demografis seperti gender, suku, agama, usia, tingkat pendidikan dan penghasilan, profesi, pemilih parpol, ormas dan lain-lain. Termasuk, unggul di seluruh dapil di Jabar.

Yang menarik, kata Toto, pemilih partai yang cagubnya berbeda, yaitu PKS, PDIP dan PKB justru mayoritas memilih Dedi- Erwan. Yaitu, pemilih PKS sebesar 47,9%, pemilih PDIP 71,8% dan pemilih PKB 62,1% memilih Dedi – Erwan.

Toto mengakui, masih ada sisa waktu kurang lebih 20 hari untuk seluruh kandidat memaksimalkan target ideal elektabilitasnya. Namun, dari pengalaman selama ini melakukan ratusan kali survei, tidak mudah untuk seorang kandidat bisa mengejar ketertinggalan dalam waktu kurang dari satu bulan.

“Biasanya, hanya tsunami politik dan money politic yang bisa mengubah peta elektabilitas dalam waktu yang singkat itu. Masalahnya, sejauh ini belum terlihat akan adanya tsunami politik tersebut. Termasuk, money politic,” katanya.

Jika pun ada kandidat yang akan mencoba melakukan jurus abnormal seperti money politic, menurut Toto, tidaklah mudah. Pertama, butuh cost yang sangat besar, bisa ratusan miliar. Kedua, sangat beresiko kena diskualifikasi KPU karena masuk dalam kategori pelanggaran TSM (Terstruktur, Sistematis dan Massif).

“Mungkin, jika ada kandidat yang mau melakukan money politic, harusnya punya elektabilitas yang tidak terlalu jauh, misalnya selisih 5-7 persen. Tapi kalau sudah lebih dari 20 persen apalagi diatas 30 persen, biasanya akan berpikir ulang. Selain butuh uang berkarung-karung, juga belum tentu efektif,” tegasnya.

Lepas dari itu, Toto memberi kabar gembira, bahwa dari data terbarunya itu ada sekitar 31,2 persen pemilih yang berkategori soft supporter. Yaitu gabungan antara yang sudah memilih tapi bisa berubah dengan yang belum punya pilihan sama sekali. Pemilih yang berkategori seperti ini biasanya menjadi lahan tak bertuan yang masih bisa diperebutkan siapa saja.

Namun, Toto menjelaskan, bahwa kandidat diluar tiga paslon diatas, yaitu Dedi -Erwan sudah memiliki strong supporter yang sangat fenomenal, yaitu 55,4 persen. Ini angka strong supporter yang jarang terjadi. Dengan bekal angka ini, jika pun terjadi money politic, Dedi -Erwan tak akan kurang dari itu. Mungkin, uangnya diambil, tapi memilihnya tetap ke Dedi -Erwan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement