REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakaf merupakan instrumen yang efektif untuk membina peradaban. Salah satu buktinya adalah keberadaan institusi pendidikan tinggi di dunia Islam. Sebut saja, Universitas al-Qarawiyyin di Maroko.
Al-Qarawiyyin diakui sebagai cikal bakal konsep universitas modern. Awalnya, ia merupakan masjid yang berdiri sejak tahun 859 Masehi di Fez, Maroko.
Fatimah al-Fihri (wafat 880) merupakan sosok penting di balik pendirian Universitas al-Qarawiyyin. Putri saudagar Fez, Muhammad al-Fihri, ini mewariskan kekayaan dalam jumlah besar ketika orang tua dan saudara laki-lakinya wafat.
Saat itu, Fatimah hanya tinggal dengan saudara perempuannya, Maryam. Dalam kondisi kaya raya, anak-anak almarhum al-Fihri itu tidak ingin menumpuk harta untuk kepentingan pribadi. Sebagai orang terpelajar, keduanya lebih suka menginvestasikan aset-aset tertentu milik keluarganya demi kebermanfaatan sosial.
Mereka memilih jalan wakaf. Maryam memutuskan untuk membangun Masjid al-Andalus di atas lahan miliknya di Fez. Sementara itu, di Fez pula pada 859 Fatimah mendirikan Masjid al-Qarawiyyin.
Fatimah tidak ingin Masjid al-Qarawiyyin jadi sekadar tempat ibadah. Beberapa waktu setelah al-Qarawiyyin berdiri, ia berinisiatif menyumbangkan perpustakaan pribadi keluarganya untuk kepentingan publik, utamanya jamaah masjid. Perpustakaan itu merupakan salah satu yang termegah di Afrika Utara.
Berbagai kegiatan intelektual pun berlangsung semakin giat di sana. Awalnya masih berupa halakah tradisional, yakni seorang alim duduk menerangkan suatu materi, sedangkan para murid duduk melingkar dan menyimaknya. Secara bertahap, aktivitas pendidikan kemudian terlembagakan sebagai Madrasah al-Qarawiyyin.