REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada suatu ketika, Umar bin Khattab sedang duduk-duduk di dekat masjid. Terdengarlah olehnya suara seseorang sedang membaca Alquran.
Namun, sahabat Nabi Muhammad SAW yang berjulukan al-Faruq (pembeda benar dan salah) itu kemudian terkejut. Ia merasa, orang yang sedang bertadarus itu keliru dalam membaca ayat-ayat suci.
Dengan segera, Umar mendatangi sumber suara. Ternyata, yang membaca Alquran itu adalah Hisyam, seorang sahabat Nabi juga.
"Siapa yang mengajarkanmu membaca ayat Alquran seperti itu!?" tanya al-Faruq penuh emosi.
"Rasulullah SAW," jawab Hisyam dengan tenang.
Umar masih tidak percaya. Bahkan, al-Faruq menudingnya balik, "Kamu berdusta! Apa yang diajarkan Rasulullah SAW kepadaku berbeda dengan cara kamu membaca."
Dengan marah, Umar meraih tangan Hisyam dan mengikatnya. Yang diringkus tidak bisa berbuat apa-apa sehingga membiarkan al-Faruq menyeretnya.
Umar kemudian membawa Hisyam ke hadapan Nabi Muhammad SAW. Kepada beliau, al-Faruq mengadukan perihal bacaan Alquran yang baginya keliru itu.
"Lepaskan dia, Umar!" perintah Nabi SAW.
Setelah itu, Rasulullah SAW menyuruh Hisyam membaca ayat-ayat Alquran. Di sini, beliau menghendaki agar lelaki itu dapat memberikan penjelasan dan pebuktian tanpa tekanan. Nabi SAW juga bermaksud agar Umar menyaksikan sendiri klarifikasi atau tabayun di depan beliau.
Maka, Hisyam pun membaca Alquran, yakni ayat-ayat yang tadi dibacanya di masjid. Ternyata, ia menggunakan dialek yang berbeda dengan dialek Umar.
Kemudian, Rasulullah SAW bersabda, "Begitulah ia diwahyukan." Artinya, benarlah apa yang dibacakan Hisyam. Tidak ada yang salah dengannya.