Rabu 11 Dec 2024 13:53 WIB

Pentingnya Memiliki Sifat Malu

Malu adalah sebagian dari iman.

Rep: mgrol 154/ Red: Hasanul Rizqa
ILUSTRASI Pentingnya memiliki sifat malu
Foto: dok pxhere
ILUSTRASI Pentingnya memiliki sifat malu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sifat malu dalam diri seseorang akan membuatnya semakin berakhlak. Karena hakikat dari malu adalah akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan mencegah dari bersikap melalaikan hak orang lain. Rasulullah bersabda :

وَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ: الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Baca Juga

Dari Imran bin Hushain, ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Malu itu tidak mendatangkan sesuatu selain kebaikan'." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Muslim disebutkan:

الحياء خَيْرٌ كُلُّهُ. أَوْ قَالَ: الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرُ.

"Malu itu merupakan kebaikan seluruhnya." Atau beliau bersabda, "Malu itu seluruhnya merupakan kebaikan."

Rasulullah SAW bersabda, “الْحَيَاءُ مِنَ الإيمَانِ”

Ini dapat diterjemahkan sebagai “rasa malu adalah bagian dari iman.”

Dalam konteks ini, malu bukan berarti rendah diri atau kelemahan, melainkan akhlak mulia yang mengarahkan seseorang untuk menjauhi dosa, menahan diri dari keburukan, dan berlaku adil terhadap hak orang lain.

Sifat malu mampu menghalangi seseorang dari melakukan perbuatan buruk dan perilaku yang tercela, sekaligus mendorongnya untuk berperilaku mulia. Sebagaimana perkataan sebagian salaf dalam kita terjemahan Riyadush Shalihin,

“Aku melihat kemaksiatan merupakan kehinaan sehingga aku meninggalkannya demi menjada kehormatan diri, dan mustahil kemasiatan menjadi agamaku”

Bahkan dalam sebuah hadist Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa sifat malu adalah bagian dari iman.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ قَالَ: الْإِيْمَانُ بِضْعُ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعُ وَسِتُوْنَ شُعْبَةً : فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةُ مِنَ الْإِيْمَانِ

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Iman itu ada tujuh puluh sekian, atau enam puluh sekian cabang. Yang paling utama ialah ucapan La ilaha illallah (Tiada llah yang berhak disembah selain Allah), dan yang paling rendah ialah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu sebagian dari iman." (Muttafaq 'alaih).

Begitupun dengan Rasulullah adalah seorang pribadi yang pemalu, dalan sebuah hadist :

َعَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ العَذْرَاءِ فِي خِدْرِهَا، فَإِذَا رَأَى شَيْئاً يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ فِي وَجْهِهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

Dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata, "Rasulullah adalah orang yang sangat pemalu, lebih malu dari gadis dalam pingitan. Jika beliau meli- hat sesuatu yang tidak beliau senangi maka kami dapat mengetahuinya dari wajah beliau." (Muttafaq Alaih)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement