ANTARIKSA -- Selama satu dekade terakhir, Teleskop Luar Angkasa Hubble tidak hanya mengungkap keajaiban alam semesta yang jauh. Teleskop Hubble juga memberikan wawasan luar biasa tentang cuaca dan atmosfer planet-planet raksasa di tata surya kita.
Melalui program Outer Planet Atmospheres Legacy (OPAL), NASA berhasil memantau perubahan jangka panjang di Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Program OPAL memberikan gambaran detail tentang pola cuaca dan musim di planet-planet ini.
Dengan menggunakan kemampuan Hubble yang mampu menangkap panjang gelombang dari ultraviolet hingga inframerah-dekat, teleskop ini rutin memotret planet-planet gas raksasa sekali setahun, saat orbit mereka mendekat ke Bumi. Kini, setelah 10 tahun, hasil observasi ini telah menciptakan basis data besar yang memungkinkan ilmuwan untuk melacak perubahan atmosfer jangka panjang.
Amy Simon dari Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA menjelaskan dengan durasi 10 tahun dan terus berlanjut, data OPAL memungkinkan penemuan mengejutkan dan pemantauan perubahan atmosfer planet seiring orbit mereka mengelilingi Matahari.
Jupiter Alami Perubahan pada Titik Merah Besar
Jupiter, planet terbesar di tata surya, dikenal karena badai raksasa bernama Great Red Spot. Badai ini, yang ukurannya hampir tiga kali lipat Bumi, menjadi ikon fenomena atmosfer Jupiter. Pengamatan selama 10 tahun menunjukkan perubahan ukuran dan bentuk badai ini, serta pola atmosfer lain di pita-pita gas yang mengelilinginya.
Meskipun memiliki orbit 12 tahun, Jupiter memiliki perubahan musim yang minim karena kemiringan sumbunya hanya 3 derajat. Hal ini berbeda dengan Bumi yang memiliki kemiringan 23,5 derajat, menciptakan musim yang lebih bervariasi.
Variasi Warna Cincin Saturnus
Saturnus, dengan orbit selama 29 tahun, memiliki kemiringan sumbu 26,7 derajat, yang menyebabkan pergeseran musim lebih drastis dibandingkan Jupiter. OPAL mencatat variasi warna dan kedalaman awan atmosfer Saturnus seiring pergantian musim.
Selain itu, Hubble juga mengamati fenomena unik berupa spokes gelap pada cincin Saturnus. Fenomena ini, yang pertama kali ditemukan oleh Voyager di tahun 1980-an, ternyata berkaitan dengan perubahan musim dan hanya berlangsung beberapa putaran orbit.
Perubahan Kecerahan Kutub Utara Uranus
Uranus memiliki keunikan berupa kemiringan sumbu yang hampir tegak lurus terhadap orbitnya, menjadikannya "berbaring" di atas sisinya. Orbitnya yang panjang hingga 84 tahun membuat pengamatan musim memakan waktu sangat lama.
Selama satu dekade terakhir, OPAL mencatat peningkatan kecerahan tutup kutub utara Uranus, seiring wilayah ini mendekati titik balik musim panas pada tahun 2028. Fenomena ini memberikan wawasan baru tentang interaksi cahaya matahari dengan atmosfer planet tersebut.
Neptunus: Badai dan Siklus Matahari
Neptunus, planet terjauh di tata surya, memiliki badai gelap raksasa yang seukuran Samudra Atlantik. Salah satu badai yang muncul pada tahun 2018 diikuti oleh Hubble hingga akhirnya menghilang di dekat ekuator. Badai lain muncul pada tahun 2021 dan menunjukkan pola serupa.
Dengan data OPAL, para ilmuwan menemukan bahwa perilaku awan Neptunus berkaitan dengan siklus matahari 11 tahun, memberikan penjelasan baru untuk fenomena seperti aurora di Bumi.
Dengan kemampuan menangkap cahaya ultraviolet hingga inframerah-dekat, Hubble telah menjadi alat penting untuk memahami dinamika atmosfer planet raksasa ini. Basis data OPAL menegaskan bahwa meskipun planet-planet ini tampak statis dari kejauhan, dinamika atmosfer mereka penuh dengan kejutan dan perubahan yang dramatis.