REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari seratusan ribu sahabat Nabi Muhammad SAW, tidak sedikit di antaranya yang fakir miskin. Di Madinah, mereka yang tidak punya rumah kemudian tinggal di bagian pelataran Masjid Nabawi atau shuffah. Karena itu, kelompok ini dinamakan sebagai penghuni shuffah atau ahl ash-shuffah.
Hebatnya, mereka tidak pernah merisaukan kekurangan uang atau makanan. Yang kerap menjadi "beban" pikiran para penghuni shuffah ini adalah, dengan cara apa mereka dapat terus meningkatkan iman dan ketakwaan kepada Allah Ta'ala.
"Sesungguhnya, Allah tidak melihat (menilai) fisik dan harta kalian, melainkan hati dan amalan kalian," demikian sabda Rasulullah SAW.
Pada suatu hari, beberapa dari ahl ash-shuffah mengeluh kepada Rasulullah SAW.
“Ya Rasulullah," kata seorang dari mereka, "kaum Muslimin yang kaya telah memborong semua pahala hingga tingkatan yang paling tinggi sekalipun.”
Nabi SAW bertanya, "Mengapa kalian mengira demikian?"
Seorang lain menimpali, "Mereka yang kaya mendirikan shalat, dan kami pun shalat. Mereka berpuasa, kami pun berpuasa.
Namun, jika mereka bersedekah, kami tidak bisa bersedekah seperti mereka. Mereka memerdekakan budak, kami tidak punya kemampuan untuk itu."
View this post on Instagram