REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Haji Agus Salim dikenang sebagai diplomat yang ulung. Kecerdasannya mengesankan orang-orang, baik itu kawan maupun lawan.
Ada satu kisah tentang pahlawan nasional yang wafat pada 4 November 1954 itu. Seperti dituturkan Jef Last dalam In Memoriam. Suatu kali, pada 1923, Haji Agus Salim mesti menghadapi resistensi orang-orang komunis di Sarekat Islam (SI).
Pria yang berjanggut khas dan terkenal—(maaf) mirip kambing—itu akan memulai pidatonya. Namun, tiga kali dia mengucapkan salam, tiga kali pula muncul suara meledek “Mbek-mbek-mbek” muncul dari arah kelompok pemuda di barisan belakang.
Mereka itulah orang-orang yang berupaya mendelegitimasi pengaruh Haji Agus Salim di SI. Cara mereka meniru-niru suara kambing meledek tokoh Minangkabau itu.
Bagaimanapun, yang diledek menghadapinya dengan tenang.
“Tunggu sebentar. Bagi saya sungguh suatu hal yang sangat menyenangkan bahwa kambing-kambing pun telah mendatangi ruangan ini untuk mendengarkan pidato saya," kata Haji Agus Salim di atas podium.
"Hanya, sayang sekali bahwa mereka kurang mengerti bahasa manusia sehingga mereka menyela dengan cara yang kurang pantas,” lanjut pria yang lahir dengan nama Mashudul Haq ('pembela kebenaran') itu.
“Jadi saya sarankan agar untuk sementara mereka tinggalkan ruangan ini untuk sekadar makan rumput di lapangan. Sesudah pidato saya ini yang ditujukan kepada manusia selesai, mereka akan dipersilakan masuk kembali,” sambung dia.
Orang-orang yang tadinya ribut sendiri itu malu bukan kepalang. Tak lagi terdengar suara mereka menggangu pidato sang poliglot itu.
Membendung komunisme