REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Diriwayatkan bahwa para pembunuh Utsman bin Affan, berasal dari Mesir. Lantas benarkah hanya orang-orang Mesir yang mengepung dan membunuh Utsman.
Budayawan Abbas al-Aqqad dalam bukunya Dzunnurain, berpendapat bahwa delegasi Mesir tidak kembali sendirian, tetapi delegasi dari Kufah dan Basrah ikut kembali, dan kemudian terjadilah pembunuhan yang menyakitkan itu.
Buku Fitnah Maqtal Utsman bin Affan oleh Dr Muhammad bin Abdullah Al-Ghabban, menyatakan bahwa ketika orang-orang Mesir kembali untuk mengepung Utsman setelah mereka merasa bahwa dia menipu mereka, orang-orang Mesir turun ke pasar-pasar dan mendatangi Utsman.
Sementara itu, Hakim bin Jabla datang dari Bashrah dalam sebuah konvoi, dan sebuah delegasi dari orang-orang Kufah tiba di kota dan mengepung Utsman serta tetap mengepungnya selama 49 hari hingga dia terbunuh pada hari Jumat 18 Dzulhijjah pada tahun 35 Hijriyah.
Buku al-Yamin wal al-Yasar fi al-Islamkarya peneliti Dr Ahmed Abbas Saleh, menjelaskan bahwa revolusi yang dilakukan oleh orang-orang Mesir terhadap Utsman tidak dilakukan oleh orang-orang Mesir, yang telah hidup sejak lama, tetapi oleh para pemimpin Muslim yang menetap di Mesir dan tinggal di sana.
Hal ini menunjukkan bahwa jelas bahwa tidak mungkin bagi bangsa-bangsa yang ditaklukkan untuk masuk ke dalam konflik politik ini.
Pertama, karena sebagian besar dari mereka tidak masuk Islam pada era awal penaklukan.
Kedua, karena mereka tidak menghabiskan waktu yang lama untuk berintegrasi ke dalam dunia baru untuk menjadi pilar utama yang mempengaruhi dan terpengaruh olehnya.