REPUBLIKA.CO.ID, QUNEITRA -- Warga Desa Suwayseh menyerukan penghentian agresi Israel. Mereka mendesak penarikan pasukan Israel yang saat ini menduduki secara ilegal wilayah yang terletak di Provinsi Quneitra, Suriah, itu.
Setelah jatuhnya rezim Baath di Suriah, Israel meningkatkan serangan udara ke negara itu dan memperluas pendudukan ilegalnya di darat.
Warga Suwayseh, yang berada di barat daya Quneitra, menyampaikan keluh kesah mereka.
Shadi Abu Zayd menjelaskan bagaimana pasukan Israel masuk sejauh 10 kilometer dari Dataran Tinggi Golan yang diduduki, menyebabkan kerusakan di Suwayseh dan desa-desa tetangga. Ia juga menyinggung serangan langsung terhadap warga sipil, termasuk terhadap seorang anak.
Abu Zayd menambahkan bahwa pasukan Israel menembaki aksi unjuk rasa damai yang memprotes pendudukan tersebut dan melukai tujuh orang.
“Kami menyerukan kepada komunitas internasional, negara-negara Arab, dan pasukan PBB untuk menghentikan serangan tiap hari Israel terhadap desa-desa dan kota-kota di Quneitra,” ujarnya. Fayez al-Bandar, warga lainnya, menyebut bahwa masuknya pasukan Israel ke desa itu mengakibatkan kerusakan besar pada properti pribadi dan umum, mencabut pepohonan, serta menembaki rumah-rumah warga.
Al-Bandar menuntut perubahan situasi dan diakhirinya “kesombongan Israel,” seraya mengatakan, “Berapa pun biayanya, seberapa banyak darah yang tumpah, kami tidak akan meninggalkan tanah kami.”
Mohamad Abdulkarim al-Hatimi, warga lainnya, menegaskan bahwa serangan Israel telah menyebabkan kepanikan luas di kalangan penduduk. Namun, ia menegaskan dengan tegas: “Kami sama sekali tidak menerima hal ini.”
Al-Hatimi berharap agar pihak berwenang dapat menghentikan agresi Israel dan mengusir mereka dari Suriah.
Pada Rabu lalu, warga Suwayseh mengadakan protes menentang pendudukan Israel atas tanah mereka. Selama protes tersebut, tentara Israel melepaskan tembakan dari posisi mereka, melukai tiga warga sipil. Sejak runtuhnya rezim Baath yang telah berkuasa selama 61 tahun di Suriah pada 8 Desember, serangan Israel ke negara itu meningkat.
Militer Israel menghancurkan infrastruktur militer serta sumber daya yang tersisa dari rezim tersebut.
Israel juga memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang diduduki sejak 1967.
Tentara Israel bergerak masuk ke zona penyangga di dekat Dataran Tinggi Golan dan maju lebih dekat ke ibu kota Suriah, mencapai jarak 25 kilometer dari Damaskus.
Israel telah menduduki Dataran Tinggi Golan sejak 1967. Perjanjian Pemisahan 1974 antara Israel dan Suriah menetapkan batas-batas zona demiliterisasi dan area penyangga.