Rabu 01 Jan 2025 15:36 WIB

PBB: Serangan Israel ke Rumah Sakit di Gaza Kejahatan Perang

Seranga Israel membuat sistem kesehatan Gaza ke ambang kehancuran total.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Fitriyan Zamzami
 Petugas Palestina mencari jenazah setelah tentara Israel menyerang Kompleks Rumah Sakit Medis Al-Shifa di Kota Gaza, 8 April 2024.
Foto: EPA-EFE/MOHAMED HAJJAR
Petugas Palestina mencari jenazah setelah tentara Israel menyerang Kompleks Rumah Sakit Medis Al-Shifa di Kota Gaza, 8 April 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Laporan terbaru dari Kantor Komisaris Tinggi PBB mengungkap bahwa serangan Israel terhadap rumah sakit dan sekitarnya telah mendorong sistem kesehatan Gaza ke ambang kehancuran total. Hal ini menimbulkan kekhawatiran serius mengenai kejahatan perang serta kejahatan terhadap kemanusiaan.

Laporan ini menggambarkan sebuah pola di mana pasukan Israel menyerang, mengepung, dan secara paksa mengevakuasi rumah sakit di Gaza, yang menyebabkan para pasien meninggal atau terbunuh.

Baca Juga

“Seolah-olah pengeboman tanpa henti dan situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza belum cukup, satu tempat perlindungan di mana warga Palestina seharusnya merasa aman justru menjadi jebakan maut,” kata Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, seperti dilansir dari laman United Nations, Rabu (1/1/2025).

Laporan ini dirilis beberapa hari setelah rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di Gaza Utara, yang sedang dikepung, digerebek oleh militer Israel. Para staf dan pasien dipaksa untuk melarikan diri atau ditahan, dengan banyak laporan tentang penyiksaan dan perlakuan buruk. Direktur rumah sakit ditahan dan nasib serta keberadaannya tidak diketahui.

Dampak operasi militer Israel terhadap rumah sakit dan sekitarnya bukan hanya merusak infrastruktur, namun lebih dari itu. Kantor Komisaris Tinggi PBB menyebut bahwa para wanita, terutama wanita hamil, sangat menderita. Banyak ibu yang melahirkan tanpa perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, sehingga meningkatkan risiko kematian ibu dan anak yang sebenarnya dapat dicegah.

“Kami menerima laporan bahwa bayi yang baru lahir telah meninggal karena ibu mereka tidak dapat mengakses pemeriksaan pascakelahiran atau menjangkau fasilitas medis untuk melahirkan,” kata Turk.

Selama periode 7 Oktober hingga akhir Juni 2024, PBB mencatat setidaknya terjadi 136 serangan terhadap 27 rumah sakit dan 12 fasilitas medis lainnya. Semua serangan itu menelan korban yang signifikan, di mana lebih dari 500 dokter dan petugas medis professional dilaporkan terbunuh selama periode itu.

Sistem layanan kesehatan yang semakin terbatas membuat banyak dari mereka yang mengalami cedera trauma tidak dapat menerima perawatan yang tepat waktu dan mungkin dapat menyelamatkan nyawa. Hingga akhir April 2024, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, 77.704 warga Palestina terluka dan banyak di antaranya dilaporkan meninggal dunia saat menunggu untuk dirawat di rumah sakit atau dirawat.

Dalam beberapa serangan, militer Israel kemungkinan menggunakan senjata berat dan amunisi yang dijatuhkan dari udara dengan dampak yang luas, demikian temuan laporan tersebut. Tampaknya amunisi MK 83 digunakan dalam serangan udara 10 Januari di depan Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa di Deir Al-Balah, Gaza Tengah.

Akibat serangan itu, dilaporkan sedikitnya 12 orang meninggal, termasuk seorang jurnalis dan beberapa pengungsi, serta 35 orang terluka. Penggunaan senjata peledak dengan efek yang luas di wilayah yang padat penduduknya menimbulkan kekhawatiran serius akan terjadinya serangan tanpa pandang bulu. “Perlindungan rumah sakit selama peperangan adalah hal yang terpenting dan harus dihormati oleh semua pihak, kapanpun,” tegas Turk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement