Senin 13 Jan 2025 14:40 WIB

Tikus Ancam Tanaman Padi, Gropyokan Setengah Hari Dapat Ribuan Ekor

Gropyokan pun melibatkan beberapa ekor anjing

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Arie Lukihardianti
Petani melakukan gropyokan tikus yang mengancam musim tanam rendeng di Desa Dukuh, Kecamatan  Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Senin (13/1/2025).
Foto: Dok Republika
Petani melakukan gropyokan tikus yang mengancam musim tanam rendeng di Desa Dukuh, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Senin (13/1/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON-- Serangan tikus mengancam permulaan musim tanam rendeng (penghujan) 2024/2025 di Kabupaten Cirebon. Para petani pun bergotong royong melakukan gropyokan untuk membasmi si moncong panjang tersebut.

Gropyokan itu seperti yang dilakukan para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Geger Karya Binangun, Desa Dukuh, Kecamata Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Senin (13/1/2025). Dimulai pukul 07.30 – 11.30 WIB, total tikus yang berhasil mereka buru mencapai 1.247 ekor.

Baca Juga

“Awalnya gropyokan dari pukul 07.30 – 08.30 WIB, itu dapetnya 200 ekor tikus. Dilanjut sampai siang, total tikus yang diperoleh 1.247 ekor tikus,” ujar Ketua Kelompok Tani Geger Karya Binangun, Tasrip Abu Bakar kepada Republika, Senin (13/1/2025).

Selain dilakukan oleh petani yang menjadi anggota kelompoknya, kata Tasrip, gropyokan itu juga melibatkan sejumlah ekor anjing. Hewan tersebut membantu menemukan persembunyian tikus di areal persawahan.

Dalam melakukan gropyokan, petani mengawalinya dengan menyebarkan racun tikus terlebih dulu. Tikus yang terkena racun itu akan menjadi lebih mudah untuk ditangkap. Petani pun memburu tikus-tikus tersebut sampai ke lubang sarangnya.

Tasrip menambahkan, tak hanya kali ini, gropyokan sudah dilakukan para petani hampir setiap hari. Namun, binatang pengerat itu seolah tak pernah habis. Jika dibiarkan, kata Tasrip, maka tikus-tikus itu dipastikan akan memakan habis persemaian maupun tanaman padi yang baru ditanam oleh petani. Karena itu, upaya pembasmian tikus terus dilakukan oleh petani.

“Petani sebenarnya sudah lelah, setiap hari berburu tikus. Tapi tikus selalu ada,” kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon tersebut.

Untuk itu, Tasrip berharap agar pemerintah mengadakan program padat karya guna memasmi tikus di areal persawahan. Selain bisa mengatasi serangan tikus, program padat karya juga bisa memberdayakan warga setempat yang tidak punya pekerjaan

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement