REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Pemimpin partai Podemos Spanyol, Ione Belarra, meminta pemerintah untuk mencegah tim basket Israel, Maccabi Tel Aviv, dan penggemarnya memasuki Madrid, media Spanyol, El Pais, melaporkan pada hari Senin (14/1/2025). Permintaan tersebut dikirim segera sebelum Maccabi Tel Aviv dijadwalkan bermain dalam pertandingan basket Euroleague melawan Real Madrid pada hari Selasa (15/1/2025).
Belarra mengirim surat tersebut kepada Menteri Luar Negeri Spanyol, José Manuel Albares, dan Menteri Dalam Negeri Spanyol, Fernando Grande-Marlaska.
“Kami tidak ingin para penggemar mengagungkan genosida,” kata Sekretaris Organisasi Pablo Fernández dalam sebuah konferensi pers, El Pais mengutip.
Dalam surat tersebut, Belarra merujuk pada perang di Gaza dan menyatakan bahwa dia tidak ingin mempertahankan hubungan dengan negara yang melakukan 'genosida', El Pais melaporkan. Dia juga mengklaim bahwa permintaannya didasarkan pada serangan kekerasan di masa lalu pada pertandingan olahraga yang dihadiri oleh tim Israel, seperti pogrom yang terjadi di Amsterdam pada bulan November tahun lalu.
“Untuk memastikan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan menghindari insiden, kami meminta agar, dalam menjalankan kewenangan masing-masing, mereka mengadopsi langkah-langkah keamanan yang tepat untuk mencegah masuknya entitas dan orang-orang yang mendukung dan memberikan perlindungan untuk genosida ke negara tersebut dan untuk menghentikan hubungan apa pun dengan mereka yang melakukannya,” tulisnya, menurut El Pais.
Meskipun upaya untuk membatalkan pertandingan Euroleague tidak berhasil, demonstrasi pro-Palestina direncanakan pada hari Selasa ini di Madrid, bertepatan dengan pertandingan bola basket antara Maccabi Tel Aviv dan Real Madrid, menurut artikel terbaru dari The Jerusalem Post.
Pada bulan Desember, Belarra menuduh Israel melakukan genosida di Suriah. “Israel memanfaatkan ketidakstabilan di Suriah untuk memajukan rencana kolonial dan genosidanya, dengan mengebom beberapa wilayah, termasuk Damaskus,” tulis Belarra di media sosial.
“Hampir tidak ada media Barat yang melaporkannya. Kelambanan internasional dalam menghadapi genosida membahayakan kemanusiaan secara keseluruhan,” lanjutnya.