REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Beberapa figur disebut mengisi peran penting dalam kesuksesan disepakatinya gencatan senjata di jalur Gaza yang terjadi di Doha, Qatar, Rabu (15/1/2025) waktu setempat.
Salah satunya yakni pemimpin Hamas Khalil al-Hayya. AP News menulis, Kepala Biro Politik Hamas dan kepala negosiator kelompok perlawanan tersebut berada di Qatar tetapi tidak bertemu langsung dengan pejabat Israel atau Amerika Serikat. Al-Hayya berkomunikasi melalui mediator Mesir dan Qatar.
Perannya semakin penting setelah tentara Israel membunuh pemimpin Hamas Yahya Sinwar di jalur Gaza. Sinwar, arsitek serangan 7 Oktober 2023, diyakini mengarahkan sikap Hamas dalam negosiasi hingga kematiannya.
Meski demikian, sebelum terbunuhnya Yahya Sinwar, al-Hayya mengelola urusan kelompok para pejuang tersebut. Sikap Al-Hayya bahkan dianggap tidak terlalu keras dibandingkan Sinwar. Dia menjabat sebagai wakil Sinwar dan mengelola negosiasi gencatan senjata pada 2014.
Dia adalah pejabat lama kelompok tersebut dan selamat dari serangan udara Israel yang menghantam rumahnya di Gaza pada tahun 2007 yang menewaskan beberapa anggota keluarganya. Termasuk, istri dan tiga anaknya.
Dilansir dari laman ecfr, Khalil al-Hayya lahir pada 1960 di Gaza. Al-Hayya merupakan anggota Politbiro Hamas dan wakil kepala politbiro regional Hamas di Gaza sejak 2017. Ia mengepalai daftar kelompok 'Yerussalem Adalah Janji Kami' yang akan berpartisipasi dalam pemilihan legislatif Mei 2021 yang kemudian dibatalkan.
Al-Hayya pernah menduduki beberapa jabatan di serikat mahasiswa dan pekerja. Dia terpilih menjadi anggota Dewan Legislatif Palestina (PLC) pada 2006. Ia memainkan peran penting dalam negosiasi gencatan senjata dengan Israel selama perang Gaza tahun 2014.