REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Banyak pertanyaan yang muncul mengenai waktu pengumuman yang dilakukan oleh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, Mayor Jenderal Cadangan Eyal Zamir, mengenai statistik baru terkait jumlah korban jiwa yang jatuh akibat Operasi Badai Al-Aqsa hingga akhir tahun lalu.
Sebuah laporan yang disiarkan di Channel 12 Israel sehari sebelumnya, mengutip Zamir, Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan, mengatakan bahwa 5.942 keluarga Israel baru bergabung dalam daftar ’keluarga yang berduka’ selama 2024, sementara lebih dari 15 ribu orang yang terluka telah terserap ke dalam sistem rehabilitasi.
Merujuk pada konsekuensi dari pertempuran yang sedang berlangsung, Zamir menyerukan perlunya memperhatikan keluarga korban yang terluka dan tewas, dengan mengatakan, “Kita harus memastikan bahwa mereka menerima dukungan dan bantuan yang sesuai," kata dia, dikutip dari Aljazeera, Selasa (4/2/2025).
Menurut Azzam Abu al-Adas, seorang pakar urusan Israel, istilah "daftar keluarga yang berduka" digunakan dalam literatur tentara pendudukan sebagai istilah yang menunjukkan jumlah keluarga yang anggota militernya dipastikan terbunuh selama perang.
Abu al-Adas mengatakan kepada Al Jazeera Net bahwa istilah "bergabung dengan lingkaran keluarga yang berduka" yang digunakan dalam pernyataan Zamir berarti keluarga tentara yang terbunuh di militer, bukan warga sipil, karena ada lingkaran untuk tentara yang terbunuh dengan nama "keluarga yang berduka".
Memotong kebocoran
Informasi ini merupakan data terbaru mengenai jumlah korban jiwa tentara dalam perang, sementara statistik sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah korban tewas sejak Operasi Badai Al-Aqsa hanya 1.800 orang, termasuk sekitar 400 tentara yang ikut dalam operasi darat di Gaza.
Abu al-Adas menunjukkan bahwa pengungkapan angka ini oleh Zamir mungkin disebabkan oleh bocornya informasi ini kepada pers, dan dia ingin memblokirnya, terutama karena ada preseden untuk kebocoran semacam itu di masa lalu.
BACA JUGA: Dukung Zionisme dan Genosida Israel, Ada Apa dengan Jerman?
Sementara itu, pakar urusan Israel, Imad Abu Awwad, meyakini bahwa pernyataan Zamir berada dalam kerangka untuk mengungkapkan kerugian manusia dan materi yang sebenarnya setelah perang berakhir, yang merupakan praktik otoritas pendudukan secara umum.
Abu Awwad mengatakan kepada Al Jazeera Net bahwa tujuan mengungkapkan angka-angka yang sebenarnya adalah untuk bersikap jujur kepada publik Israel "karena angka-angka ini akan bocor dengan cara apa pun pada akhirnya, dan komite investigasi akan mulai mempublikasikan apa yang mereka miliki."