REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah menjadi sorotan karena dapat berdampak luas, termasuk pada perbankan. Wakil Ketua Umum Perbanas Taswin Zakaria menilai, penghematan belanja negara bisa memicu efek berantai di sektor keuangan.
Saat ini, industri perbankan nasional masih mengalami pertumbuhan kredit dua digit. Namun, pertumbuhan ini tidak merata di semua bank, karena lonjakan terbesar terjadi pada bank kelompok modal inti (KBMI) IV, sementara bank KBMI III dan di bawahnya tumbuh dengan pola yang lebih beragam.
“Kalau kita bedah satu-satu, mungkin pertumbuhan double digit itu masih didominasi oleh bank BUKU (KBMI) IV. Mungkin kalau kita lihat bank BUKU III ya tidak semuanya, kan mayoritas tidak tumbuh double digit,” ujar Taswin dalam acara Kelas Jurnalis Perbanas di Jakarta, Senin (17/2/2025) kemarin.
Taswin menambahkan, tren pertumbuhan kredit dengan angka dua digit akan menjadi lebih sulit di tahun ini. Hal ini dikarenakan adanya upaya efisiensi anggaran pemerintah yang dapat memengaruhi pengeluaran negara, yang pada gilirannya berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi.
“Kita tahu bahwa belanja negara itu mempunyai multiplier effect terhadap ekonomi. Karena biasanya untuk menggerakkan ekonomi ya pemerintah itu ada peran untuk memancing, memancing pertumbuhan-pertumbuhan dengan spending,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan, pengurangan belanja pemerintah dapat memengaruhi sektor riil dan swasta. Dampaknya, hal ini berpotensi menurunkan penyaluran kredit perbankan. “Bisa jadi (penurunan kredit). Karena yang tadi kan banyak sektor swasta ini kan aktivitas bisnisnya juga mengikuti belanja negara, dan kalau belanja negara dihemat ya akan berdampak seperti itu,” katanya.