REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan tipis pada perdagangan Selasa (4/3/2025). Pengamat menilai pergerakan Mata Uang Garuda masih terus dipengaruhi oleh diantaranya faktor kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, rupiah menguat 35 poin atau 0,21 persen menjadi Rp 16.445 per dolar AS pada penutupan perdagangan Selasa (4/3/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.480 per dolar AS.
“Presiden Trump pada hari Senin mengonfirmasi bahwa tarif 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada tanggal 4 Maret pukul 5:01 GMT. Ia juga menandatangani perintah untuk menaikkan tarif atas barang-barang China dari 10 persen menjadi 20 persen,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Selasa (4/3/2025).
Sementara itu, peningkatan tarif atas barang-barang China semakin menegangkan hubungan antara AS dan China. China berjanji akan mengambil tindakan balasan terhadap tarif AS untuk melindungi kepentingannya, sementara pada Selasa Kanada menyatakan mempersiapkan pembalasannya sendiri.
“Tarif ini diperkirakan akan meningkatkan ketidakpastian perdagangan, mengganggu rantai pasokan, dan melemahkan permintaan ekspor, sehingga merugikan pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan investor di pasar Asia,” ungkapnya.
Selain itu, lanjut Ibrahim, sentimen eksternal lainnya yakni mengenai konflik di Ukraina. Penghentian sementara semua bantuan militer AS ke Ukraina dikonfirmasi oleh seorang pejabat Gedung Putih pada Senin, menyusul perdebatan sengit antara Presiden AS Trump di Ruang Oval dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada pekan lalu.
“Pasar telah melihat semakin jauhnya jarak antara Gedung Putih dan Ukraina sebagai tanda potensi meredanya konflik yang dapat berujung pada pencabutan sanksi bagi Rusia,” ujar Ibrahim.
Penghentian sementara tersebut menyusul laporan Reuters bahwa Gedung Putih telah meminta Departemen Luar Negeri dan Keuangan untuk menyusun daftar sanksi yang dapat dilonggarkan bagi pejabat AS untuk dibahas dengan perwakilan Rusia dalam beberapa hari mendatang sebagai bagian dari pembicaraan dengan Moskow, menurut sumber.
Sentimen Dalam Negeri
Sementara itu, sejumlah sentimen internal juga memengaruhi pergerakan fluktuatif rupiah pada hari ini. Di antaranya adalah mengenai konsumsi domestik Indonesia yang dinilai tetap kuat.
Ibrahim menyampaikan, memasuki kuartal I 2025, konsumsi domestik Indonesia tetap menunjukkan ketahanan yang patut diapresiasi. Sebab di tengah tantangan global yang berlanjut, Indeks Kepuasan Konsumen (IKK) tercatat di level ekspansif 127,2 pada Januari, sedangkan Indeks Penjualan Ritel (IPR) masih tumbuh positif 0,4 persen.
“Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga dan menjadi pilar utama penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sedangkan stabilitas konsumsi masyarakat tersebut ditopang oleh berbagai kebijakan pemerintah. Di antaranya diskon tarif listrik sebesar 50 persen pada Januari dan Februari 2025,” kata Ibrahim.
Program tersebut tidak hanya membantu menekan pengeluaran rumah tangga, tetapi juga berkontribusi pada terjadinya deflasi sebesar 0,09 persen secara tahunan pada Februari. Di sisi lain, komponen administered price pun mencatat deflasi tajam hingga 9,02 persen menjadi faktor utama penekan inflasi.
Selain itu, lanjut Ibrahim, pemerintah terus mempersiapkan langkah strategis menghadapi Ramadan dan Idulfitri 2025. Operasi pasar, gerakan pasar murah, hingga pengawasan distribusi pangan diperkuat untuk menjamin harga kebutuhan pokok tetap terjangkau.
“Tak hanya kebutuhan pokok, insentif seperti diskon tarif tol dan pembebasan PPN untuk tiket pesawat juga digulirkan guna mendukung mobilitas masyarakat saat mudik Lebaran,” ujar dia.
Melalui kebijakan tersebut, Ibrahim menilai itu dapat membantu masyarakat merayakan Idulfitri bersama keluarga tanpa terbebani biaya tinggi, sekaligus memberikan dorongan tambahan pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Kendati begitu, Ibrahim memperkirakan, pergerakan Mata Uang Garuda pada perdagangan selanjutnya diperkirakan akan mengalami pelemahan. Hal itu seiring dengan kuatnya faktor eksternal, terutama dari AS, terhadap emerging market.
“Untuk perdagangan besok (Rabu, 5 Februari 2025), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.430—Rp 16.500 per dolar AS,” tutup Ibrahim.