Warga melintasi beduk tua di dalam cagar budaya Masjid Raya Ampek Lingkuang, di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025). Masjid iberatap limas ala masjid kuno Minangkabau yang dibangun pada tahun 1867 itu dinamakan Ampek Lingkuang karena terdapat empat kaum yang terlibat dalam pembangunannya, yakni kaum Balah Hilia, Singguliang, Sungai Abang, dan Koto Buruak. (FOTO : ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Foto udara cagar budaya Masjid Raya Ampek Lingkuang, di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025). Masjid iberatap limas ala masjid kuno Minangkabau yang dibangun pada tahun 1867 itu dinamakan Ampek Lingkuang karena terdapat empat kaum yang terlibat dalam pembangunannya, yakni kaum Balah Hilia, Singguliang, Sungai Abang, dan Koto Buruak. (FOTO : ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Warga berjalan di halaman cagar budaya Masjid Raya Ampek Lingkuang, di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025). Masjid iberatap limas ala masjid kuno Minangkabau yang dibangun pada tahun 1867 itu dinamakan Ampek Lingkuang karena terdapat empat kaum yang terlibat dalam pembangunannya, yakni kaum Balah Hilia, Singguliang, Sungai Abang, dan Koto Buruak. (FOTO : ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Warga melintasi beduk tua di dalam cagar budaya Masjid Raya Ampek Lingkuang, di Lubuk Alung, Padang Pariaman, Sumatera Barat, Sabtu (8/3/2025).
Masjid beratap limas ala masjid kuno Minangkabau yang dibangun pada tahun 1867 itu dinamakan Ampek Lingkuang karena terdapat empat kaum yang terlibat dalam pembangunannya, yakni kaum Balah Hilia, Singguliang, Sungai Abang, dan Koto Buruak.
sumber : Antara Foto
Advertisement