Senin 10 Mar 2025 08:06 WIB

Bapak Sampah Nasional Berbagi Solusi Inovatif Pengolahan Limbah pada Kajian Samudra UGM

Inovasi Husein mampu mengatasi krisis sampah Banyumas dan diakui internasional.

Rep: Salsabila Assani/ Red: Fernan Rahadi
Achmad Husein (kiri) yang dikenal sebagai Bapak Sampah Nasional menyampaikan berbagai inovasi pengolahan limbah dan sampah untuk mengatasi krisis ekologi di Indonesia dalam acara Kajian Samudra hari ke-9 di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (Maskam UGM), Ahad (9/3/2025).
Foto: Tangkapan layar Youtube
Achmad Husein (kiri) yang dikenal sebagai Bapak Sampah Nasional menyampaikan berbagai inovasi pengolahan limbah dan sampah untuk mengatasi krisis ekologi di Indonesia dalam acara Kajian Samudra hari ke-9 di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (Maskam UGM), Ahad (9/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Achmad Husein yang dikenal sebagai Bapak Sampah Nasional menyampaikan berbagai inovasi pengolahan limbah dan sampah untuk mengatasi krisis ekologi di Indonesia dalam acara Kajian Samudra hari ke-9 di Masjid Kampus Universitas Gadjah Mada (Maskam UGM), Ahad (9/3/2025).

Kajian bertajuk 'Inovasi Pengolahan Limbah dan Sampah Untuk Mengatasi Krisis Ekologi di Indonesia' tersebut merupakan bagian dari rangkaian Safari Ilmu di Bulan Ramadhan yang diselenggarakan oleh Masjid Kampus UGM.

Dalam paparannya, Achmad Husein yang pernah menjabat sebagai Bupati Banyumas selama dua periode, menceritakan pengalamannya menghadapi krisis sampah pada tahun 2017. Saat itu, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Banyumas yang menampung 500-600 ton sampah per hari mengalami longsor dan menyebabkan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) tidak berfungsi dan mencemari lahan pertanian sekitar.

"Lindi yang dihasilkan sampah mengalir ke sawah, menyebabkan tanaman padi mati. Masyarakat marah dan akhirnya menutup TPA," ungkap Husein yang saat itu tengah cuti untuk mencalonkan diri kembali sebagai bupati periode kedua.

Menurut Husein, penutupan TPA menyebabkan darurat sampah di Banyumas. Sampah menumpuk di berbagai tempat dan masyarakat menolak pembukaan TPA baru. "Tantangan ini membuat saya mendalami masalah sampah dan mencari solusi," katanya.

Setelah berbagai percobaan, Husein menemukan solusi dengan menciptakan mesin pemilah sampah bernama 'Gibrik' yang dapat memisahkan sampah organik, plastik, dan anorganik secara otomatis. Inovasi ini berhasil mengatasi krisis sampah di Banyumas dan mendapat pengakuan internasional.

"Keberhasilan ini membuat saya diundang ke berbagai negara seperti Thailand, Mesir, Jepang, Singapura, Filipina, dan Korea untuk berbagi pengalaman," kata Husein yang kini dikenal sebagai pakar pengelolaan sampah.

Dalam presentasinya, Husein menekankan pentingnya pemilahan sampah sesuai jenisnya menjadi tiga kategori yaitu organik, anorganik, dan residu & B3. Sampah organik dapat difermentasi menjadi kompos atau dikeringkan sebagai bahan bakar. Sampah anorganik, terutama plastik, dapat diproses menjadi Refused Derived Fuel (RDF) yang dapat dijual ke pabrik semen dengan harga Rp 450 ribu per ton.

Acara yang dimoderatori oleh Yudhistira (Yudis) ini juga mencakup sesi tanya jawab dan dihadiri oleh mahasiswa serta masyarakat umum. Kajian Samudra ditutup dengan penyerahan cinderamata dan sesi dokumentasi

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement