Selasa 11 Mar 2025 22:08 WIB

IDC: Nilai Pasar E-commerce Asia Tenggara Diperkirakan Capai Rp 5.300 Triliun di 2028

Sistem pembayaran bukan sekadar infrastruktur, tetapi penggerak pertumbuhan bisnis.

Rep: Eva Rianti / Red: Gita Amanda
Belanja Online. Ilustrasi
Foto: Istimewa
Belanja Online. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Laporan terbaru dari lembaga riset pasar, International Data Corporation (IDC) yang diinisiasi oleh platform pembayaran global 2C2P dan Antom mengungkapkan, nilai pasar e-commerce Asia Tenggara diperkirakan akan mencapai 325 miliar dolar AS atau sekitar Rp 5.299 triliun pada 2028. 

Proyeksi capaian tersebut didorong oleh pesatnya adopsi pembayaran digital serta kemampuan untuk melakukan kerja sama lintas negara secara regional, yang membuka lebih banyak peluang dalam perdagangan antarnegara bagi para pelaku bisnis. 

Laporan tahunan bertajuk “How Southeast Asia Buys and Pays 2025” tersebut menjadi edisi keempat dari IDC InfoBrief sejak terbit pertama kali pada 2021. Laporan itu merangkum survei terhadap 600 responden dari enam negara di Asia Tenggara yang meliputi Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam, lengkap dengan analisis perkembangan skema pembayaran digital di masing-masing pasar dan regional Asia Tenggara secara keseluruhan.

Sebagai wilayah dengan potensi ekonomi terbesar kelima di dunia, pertumbuhan Asia Tenggara yang tinggi sebagian besar didorong oleh perkembangan pesat sektor e-commerce yang didukung oleh meningkatnya adopsi pembayaran digital.

Laporan tersebut menjelaskan perkembangan skema pembayaran digital di kawasan Asia Tenggara dan analisis spesifik mengenai tren pembayaran di setiap pasar. Laporan itu juga menyoroti bagaimana tren tersebut memengaruhi strategi bisnis dan membuka peluang pertumbuhan kawasan ini di masa depan.

“Saat ini, skema e-commerce di Asia Tenggara berkembang dengan sangat pesat. Para pelaku usaha menyadari besarnya peluang yang ditawarkan oleh pertumbuhan ini dalam meningkatkan pendapatan melalui e-commerce,” kata Managing Director of Business and Product Development 2C2P Agnes Chua dalam keterangannya, Selasa (11/3/2025).  

Namun, di tengah potensi tersebut, Agnes menyampaikan perlunya pemahaman komprehensif terkait skema pembayaran digital dengan tujuan penyederhanaan operasional. Wawasan yang tepat dapat membantu pelaku bisnis untuk menyediakan metode pembayaran berdasarkan preferensi pelanggan yang penting untuk memaksimalkan jangkauan di masing-masing pasar. Pasalnya, metode pembayaran yang disukai dapat meningkatkan pengalaman pelanggan dan mendorong tingkat konversi konsumen.

Senada, General Manager Antom, Ant International, Gary Liu mengatakan, sistem pembayaran bukan sekadar infrastruktur, tetapi juga penggerak pertumbuhan bisnis. Ia meyakini, langkah pemberdayaan para pelaku usaha dengan solusi pembayaran dan digitalisasi terpadu akan membantu menguatkan ekosistem ekonomi digital di Asia Tenggara. 

“Asia Tenggara berkembang pesat sebagai pusat perdagangan dan inovasi digital. Seiring dengan berkembangnya bisnis lintas negara, transaksi yang lancar dan efisien menjadi sangat penting untuk menjaga daya saing,” kata Gary. 

Pertumbuhan Pembayaran Digital 

Lebih lanjut, Laporan IDC menerangkan, ada empat poin mengenai pertumbuhan pembayaran digital menurut laporan itu. Pertama, pertumbuhan pembayaran digital di e-commerce diperkirakan akan mencakup 94 persen dari total pembayaran e-commerce di Asia Tenggara pada 2028. Pertumbuhan paling signifikan dapat dilihat pada pembayaran domestik (97,9 persen) dan dompet digital (94,9 persen), yang berperan dalam memperluas jangkauan e-commerce di wilayah yang kurang bergantung pada kartu debit atau kredit.

Kedua, lonjakan real-time payments (RTP) diperkirakan akan melonjak hingga mencapai lebih dari 11 triliun dolar AS atau sekitar Rp 179 kuadriliun pada 2028. Tren tersebut sudah terlihat di Singapura, yang mana RTP seperti PayNow menduduki urutan ketiga sebagai metode pembayaran yang paling banyak tersedia, menurut survei terhadap para pelaku usaha pada 2024. Peningkatan RTP di Asia Tenggara sebagian besar didorong oleh inisiatif pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada uang tunai dan mempromosikan metode pembayaran yang lebih murah dan cepat serta memenuhi kebutuhan konsumen dan pelaku usaha.

Ketiga mengenai dominasi dompet digital dan pembayaran domestik. Disebutkan, popularitas dompet digital dan pembayaran domestik sangat tinggi di Asia Tenggara. Pada 2023, dompet digital menjadi metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia, Malaysia, dan Vietnam, sementara pembayaran domestik mendominasi di Singapura dan Thailand. 

Tren ini terus berlanjut pada 2024. Dompet digital menjadi metode pembayaran kedua yang paling banyak diterima oleh pelaku usaha yang disurvei di Singapura dan Filipina, serta ketiga di Indonesia dan Thailand.

Keempat, ihwal peluang dalam perdagan lintas negara. Nilai perdagangan lintas negara di Asia Tenggara diprediksi akan mencapai 14,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 2.380 triliun pada 2028, meningkat 2,8 kali lipat dari 2023. Nilai rata-rata transaksi lintas negara per pelanggan diperkirakan akan melampaui nilai transaksi domestik, kecuali di Vietnam dan Indonesia. Hal ini menjadi peluang besar bagi pelaku bisnis di kawasan terkait.

Di samping itu, laporan menunjukkan, terdapat juga peluang yang signifikan di seluruh Asia Tenggara dalam perdagangan lintas negara di kawasan tersebut. Setidaknya ada empat catatan pula mengenai hal itu.

Pertama, soal peluang dalam perdagangan lintas negara. Nilai perdagangan lintas negara di Asia Tenggara diprediksi akan mencapai 14,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 2.380 triliun pada 2028, meningkat 2,8 kali lipat dari 2023. Nilai rata-rata dari transaksi lintas negara per pelanggan pun akan melampaui nilai domestik, kecuali di Vietnam dan Indonesia. Hal ini menjadi peluang besar bagi pelaku bisnis di kawasan terkait.

Kedua, mendorong perdagangan lintas negara dengan Regional Payment Connectivity (RPC). Inisiatif seperti RPC yang diikuti oleh enam negara di Asia Tenggara semakin mendorong perdagangan lintas negara. Kolaborasi tersebut bertujuan memperkuat dan menyederhanakan pembayaran antar negara dengan fokus pada pengembangan transaksi lintas negara yang lancar, efisien, dan hemat biaya.

Ketiga, keuntungan yang lebih tinggi dalam perdagangan lintas negara. Menurut survei yang dilakukan terhadap para pelaku usaha di Asia Tenggara yang menjual layanan dan produk ke luar negeri, 62 persen responden mengatakan bahwa nilai transaksi lintas negara rata-rata 21 persen lebih tinggi daripada transaksi domestik. Para pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan yang signifikan dengan memperluas jangkauan pasar dan membangun kapasitas untuk melayani negara-negara sekitar.

Keempat, mengenai potensi perdagangan antar-negara kawasan Asia Tenggara yang belum teroptimalkan. Meskipun pertumbuhannya cukup menjanjikan, perdagangan di kawasan Asia Tenggara masih belum dimanfaatkan secara maksimal karena hanya mencakup sebagian kecil dari total perdagangan lintas negara di setiap pasar. 

Untuk memanfaatkan peluang ini sepenuhnya, para pelaku usaha harus memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang kondisi operasional yang berbeda di setiap pasar sambil mempertimbangkan kolaborasi strategis. Dengan menyikapi faktor-faktor ini secara tepat, pelaku bisnis dapat merasakan potensi penuh dari perdagangan antar negara dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Eva Rianti 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement