REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV — Mantan Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya’alon, dalam sebuah wawancara pada Selasa (11/3/2025), mengkritik pemerintah pimpinan Benjamin Netanyahu karena memprioritaskan kepentingan politik di atas keamanan nasional. Menurut Ya'alon, kebijakan Israel menyebabkan konflik berkepanjangan dan meningkatnya korban dalam perang genosida Israel di Gaza.
Menurut laporan tersebut, Ya’alon menuduh pemerintah bertindak melawan kepentingan Israel. Dia menegaskan, “Rakyat Israel perlu memahami bahwa mereka memiliki pemerintah yang bertindak bertentangan dengan kepentingan negara. Pemerintah bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri untuk mempertahankan kekuasaan.”
Ya’alon menekankan bahwa penundaan pemerintah dalam negosiasi dan pengambilan keputusan telah memperburuk krisis. Menurut dia, penundaan tersebut berhasil dimanfaatkan Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, yang mengeksploitasi situasi untuk keuntungannya sendiri.
Ya’alon mengungkapkan bahwa kepemimpinan politik Israel secara konsisten telah merusak upaya untuk mengakhiri perang. “Hamas secara brutal menculik (orang-orang) untuk membebaskan tahanannya, dan kami menggagalkannya. Ada orang-orang yang mengancam untuk membubarkan koalisi, dan itulah pertimbangan utamanya,” katanya.
Ia juga mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu karena mengganti negosiator profesional dengan orang yang ditunjuk secara politis, seperti Ron Dermer, yang dinilai telah semakin mempersulit negosiasi.