REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sangat membutuhkan banyak pendampingan agar bisnisnya bisa berkembang. Namun sekarang, semua pengusaha yang ada di Bandung dan sekitarnya tak perlu kebingungan mencari pendamping atau tempat pelatihan untuk mengembangkan usahanya.
Karena, sejak 2017 Bandung memilki Rumah BUMN. Lokasinya, ada di Jalan Jurang No 50 Kota Bandung. Saat ini, Rumah BUMN menjadi tempat untuk belasan ribu UMKM yang ingin usahanya terus maju dan naik kelas.
"Ada lebih dari 12 ribu UMKM yang tergabung di Rumah BUMN Bandung," ujar Koordinator Rumah BUMN Bandung, Supriatna kepada Republika, Kamis (13/3/2025).
Supriatna menjelaskan, UMKM yang bergabung di Rumah BUMN Bandung banyaknya membuat produk kuliner. Kedua, produk fashion dan ketiga kerajinan. Sisanya, di bidang jasa, peternakan dan pertanian. "Hampir 50 persen UMKM yang bergabung itu produk kuliner, fashion sekitar 35 persen, sisanya kerajinan," katanya.
Menurutnya, Rumah BUMN sendiri dibentuk atas inisiasi dari BUMN dan sejalan dengan Undang-undang yang menyatakan kalau BUMN harus hadir untuk menggerakan ekonomi rakyat. Rumah BUMN pertama, dibentuk di Labuan Bajo. Sementara di Bandung Rumah BUMN didirikan pada 2017. "Ini sudah tahun ke 8, tepatnya Juni kami hadir untuk pemberdayaan UMKM. Ternyata, yang bergabung bukan hanya dari Kota Bandung saja. Tapi, banyak yang dari Cimahi, Subang, dan Cirebon," katanya.
Setiap UMKM yang bergabung ke Rumah BUMN Bandung, kata dia, akan mendapatkan banyak keuntungan. Selain mendapatkan pelatihan, mereka yang membutuhkan permodalan bisa mengajukan pinjaman akan dihubungkan dengan BRI terdekat. Kemudian, akses pemasaran juga. "Nanti akses pemasaran kami bantu melalui bazar lokal, nasional, bahkan internasional," kata Supriatna.
Setiap tahun pun, kata dia, BRI memiliki event tertentu yang akan melibatkan para UMKM. Terkait penyaringan UMKM yang bisa masuk Rumah BUMN, menurut Supriatna, tidak ada penyaringan apa pun, tapi UMKM yang mendaftar hanya akan diklasifikasikan dilihat dari sudah ekspor atau belum. Lalu, sudah go online atau belum. Serta, sudah go digital atau belum. Selain itu, ada program BRI inkubator yang akan menyeleksi semua UMKM binaan Rumah BUMN.
"Semua UMKM ini sudah pasti diberikan pelatihan. Bahkan, mereka bisa request narasumbernya ingin yang mana. Nanti, akan kita lihat juga topiknya relevan sama tema sekarang atau tidak," katanya.
Pelatihan untuk UMKM itu pun, kata dia, sangat fleksibel karena ada pilihan off line atau webinar. Lokasi pelatihannya sendiri, digelar di Rumah BUMN. Namun, kadang bekerja sama dengan kampus dan start up. "Semua pelatihan ini gratis karena bentuk CSR BRI," katanya.

Selain itu, kata dia, semua UMKM bisa menyimpan produknya karena Rumah BUMN memiliki tempat show case dan etalase penjualan. Bahkan, etalase dalam bentuk digital juga ada. Jadi, setiap anggota akan bergabung di dua platform Rumah BUMN dan BRI Link UMKM.
Di Rumah BUMN Bandung, kata dia, pelatihannya lebih variatif. Bahkan, setiap pekan bisa ada 5 sampai 10 pelatihan dengan berbagai topik. Selain itu, di Rumah BUMN Bandung pun ada workshop, seperti praktik menjahit untuk kategori UMKM fashion. "Jadi UMKM bisa punya skill baru dan mengembangkan produknya. Teman-teman UMKM senang karena bisa terinspirasi untuk berinovasi. Untuk produk aksesories juga ada praktik yang biasanya menggunakan kawat tembaga jadi variasi menggunakan bahan lain," katanya.