Kamis 13 Mar 2025 17:22 WIB

JP Morgan Beri Sinyal Lampu Kuning, 'Risiko Resesi di AS Bisa Meningkat 50 Persen'

Berbagai ekonom dalam negeri menilai pertumbuhan ekonomi AS di bawah dua persen.

Seseorang memompa bensin ke dalam mobil di SPBU ARCO di Los Angeles, California, AS, 07 Juni 2023. Harga bensin eceran AS akan naik dalam beberapa minggu mendatang karena tarif baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump menaikkan biaya impor energi
Foto: EPA
Seseorang memompa bensin ke dalam mobil di SPBU ARCO di Los Angeles, California, AS, 07 Juni 2023. Harga bensin eceran AS akan naik dalam beberapa minggu mendatang karena tarif baru yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Donald Trump menaikkan biaya impor energi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Kepala Ekonom JP Morgan Bruce Kasman memberikan sinyal lampu kuning perekonomian Amerika Serikat (AS). Dalam jumpa pers di Singapura, kemarin, Kasman mengatakan peluang resesi di AS makin meningkat. Kali ini, menurut riset terakhir bank investasi itu, ada 40 persen AS bakal terlanda resesi tahun ini.

Tidak hanya itu, Kasman juga mengatakan, kenaikan risiko resesi di AS itu bakal merusak citra AS sebagai tujuan investasi, menyusul kebijakan yang dilakukan Presiden Donald Trump. “Ada kekhawatiran yang meningkat tentang ekonomi AS,” kata dia, kemarin. 

Kasman memaparkan, JP Morgan memang belum merevisi perkiraan apa pun, tetapi menempatkan risiko resesi sekitar 40 persen ke dalam prospek - naik dari sekitar 30 persen kemungkinan yang dia perhitungkan pada awal tahun. Perkiraan J.P. Morgan ekonomi AS hanya akan tumbuh dua persen tahun ini.

Dari bursa saham dalam negeri, harga saham memang rontok dan investor mengambil posisi jual paling tajam dalam beberapa bulan selama beberapa hari terakhir. Ini karena investor menjadi gugup bahwa Presiden Donald Trump akan memperlambat ekonomi dengan menerapkan bea masuk impor.

Sembilan puluh lima persen ekonom yang disurvei oleh Reuters pekan lalu di seluruh Kanada, Meksiko dan AS mengatakan risiko resesi di ekonomi mereka telah meningkat sebagai akibat dari tarif Trump.

Ekonom di Goldman Sachs dan Morgan Stanley pekan lalu menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB AS mereka dan sekarang melihat pertumbuhan masing-masing sebesar 1,7 persen dan 1,5 persen tahun ini.

Kasman mengatakan risiko resesi akan meningkat, mungkin hingga 50 persen atau lebih, jika tarif timbal balik yang telah diancam akan diberlakukan Trump mulai April secara bermakna berlaku.

“Jika kita melanjutkan kebijakan yang akan lebih mengganggu dan tidak ramah bisnis ini, saya pikir risiko di front resesi itu akan naik,” kata Kasman.

Dia juga mengatakan, bahwa ketidaknyamanan seputar gaya pemerintahan Trump dapat mengguncang kepercayaan investor pada aset-aset investasi AS.

“AS tampaknya telah memantapkan dirinya sebagai tempat di mana orang dapat merasa nyaman dengan supremasi hukum... nyaman dengan integritas arus informasi, dan mereka dapat merasa nyaman bahwa pemerintah tidak akan, dengan cara yang tidak terduga, terlibat dalam aturan permainan,” katanya.

Persoalannya, setelah Trump dilantik, negara tersebut dilanda sejumlah kebijakan kontroversial. Pemotongan anggaran sejumlah lembaga pemerintah, perubahan peran AS di dunia, dan keputusan seperti membubarkan komite penasihat yang membantu pengumpulan data, "Dapat merusak itu," kata Kasman.

“Semua hal itu adalah bagian dari ketidakpastian yang telah pindah ke kebijakan AS, dan bagian dari risiko dalam prospek tahun ini saya pikir tidak dihargai,” katanya.

“Risiko bahwa hal-hal itu mulai berada di bawah tekanan dan menjadi masalah struktural di pasar bukanlah sesuatu yang, dengan cara apa pun, akan saya kurangi.”

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement