Kamis 20 Mar 2025 22:05 WIB

Israel Diguncang dari Luar-Dalam

Aksi-aksi Netanyahu disebut bakal bubarkan Israel.

Demonstran bentrok dengan polisi saat protes terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada Rabu, 19 Maret 2025.
Foto: AP Photo/Ohad Zwigenberg
Demonstran bentrok dengan polisi saat protes terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Yerusalem pada Rabu, 19 Maret 2025.

REPUBLIKA.CO.ID,TEL AVIV – Sebanyak 13 orang warga Israel terluka ketika Tel Aviv dan wilayah Yerusalem dibombardir kelompok Houthi pada Kamis (20/3/2025). Sementara puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan mendesak mundurnya Benjamin Netanyahu terkait keputusannya kembali menyerang Gaza.

Pasukan penjajahan Israel mengatakan pada Kamis bahwa mereka menjatuhkan sebuah rudal yang ditembakkan dari Yaman sebelum proyektil tersebut memasuki wilayah udara Israel semalam. Sedangkan kelompok Houthi mengaku bertanggung jawab atas serangan keduanya di negara tersebut minggu ini. 

Baca Juga

Menurut Times of Israel, serangan itu memicu sirine di sebagian besar wilayah Israel tengah, termasuk wilayah Tel Aviv dan Yerusalem, menyebabkan jutaan orang bergegas mencapai tempat perlindungan bom pada pukul 4 pagi. Sebuah pernyataan dari IDF mengatakan “sirine diaktifkan sesuai dengan protokol,” tampaknya karena kekhawatiran akan jatuhnya puing-puing, yang di masa lalu telah menyebabkan kerusakan atau bahkan kematian.

Dalam sebuah pernyataan, kelompok Houthi mengklaim mereka menargetkan Bandara Ben Gurion dengan “rudal balistik hipersonik,” dan menambahkan bahwa mereka juga kembali menargetkan kelompok kapal induk Amerika di Laut Merah. Serangan rudal tersebut mengganggu lalu lintas udara, dengan beberapa penerbangan ke Ben Gurion tertunda sebentar, termasuk penerbangan Etihad dari Abu Dhabi dan penerbangan El Al dari London.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berada di gedung parlemen langsung bergegas menuju tempat perlindungan bom, begitu mendengar sirine peringatan. Saat meninggalkan Knesset pada malam harinya, perdana menteri mengatakan kepada Channel 14 bahwa “Houthi sudah menanggung akibatnya, dan mereka akan membayar lebih.” 

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (republikaonline)

Pejabat Houthi, Hezam al-Asad, mengejek perdana menteri tersebut dengan sebuah postingan di media sosial. "Netanyahu berlari seperti tikus ke tempat perlindungan. Tentara kami menunggu musuh, kemenangan bagi anak-anak Gaza semakin dekat."

Kelompok Houthi telah menghentikan serangan mereka selama gencatan senjata Israel-Hamas yang dimulai pertengahan Januari. Mereka kembali meluncurkan rudal dan drone ke kapal setelah Amerika Serikat melakukan serangan mematikan di Yaman pada Sabtu. Houthi juga menyasar Israel setelah gencatan senjata gagal pada hari Selasa.

Sementara, puluhan ribu pengunjuk rasa berbaris ke Yerusalem sejak Rabu pagi dalam gelombang kemarahan baru terhadap Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya. Warga Israel memberontak atas upaya Netanyahu memecat pejabat penting keamanan dan peradilan serta memperbarui undang-undang yang sangat kontroversial untuk meningkatkan kekuasaan politik atas sistem peradilan. Pengunjuk rasa juga marah dengan tindakan Netanyahu memulai lagi serangan ke Gaza.

Setidaknya 12 pengunjuk rasa ditangkap selama unjuk rasa pada Rabu dan pada protes yang berlanjut hingga malam hari. Polisi bentrok dengan demonstran dan menggunakan meriam air untuk membubarkan massa. Seorang sopir taksi menabrak seorang pengunjuk rasa, melukainya, dan kemudian ditangkap setelah melarikan diri dari tempat kejadian.

Paga Kamis pagi, polisi memblokir jalan raya utama menuju ibu kota untuk lalu lintas ketika pengunjuk rasa mengibarkan bendera Israel dan spanduk kuning berangkat dari Motza, di pinggiran barat Yerusalem. 

photo
Warga Israel penentang Netanyahu berbaris di jalan raya menuju Yerusalem pada hari Rabu, 19 Maret 2025. - (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

“Sudah waktunya untuk mengakhiri kegilaan ini sebelum kita tidak memiliki siapapun untuk diselamatkan, sebelum kita tidak memiliki satu negara pun yang tersisa,” kata pemimpin protes Shikma Bressler kepada massa sebelum memasuki kota. 

Para pengunjuk rasa berkumpul di luar Knesset sekitar tengah hari, kemudian melanjutkan ke rumah Netanyahu, di Jalan Azza di lingkungan Rehavia di Yerusalem. Aktivis yang memimpin unjuk rasa membawa spanduk besar bertuliskan: “Sudahi pemerintahan yang menghancurkan,” sementara massa dalam jumlah besar berjalan menyusuri Ben Zvi Boulevard, yang juga ditutup oleh polisi untuk lalu lintas.

Ketua Persatuan Nasional Benny Gantz menuduh pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menghasut kekerasan. Komentar itu menyusul sebuah insiden di mana polisi terekam mendorong paksa pemimpin Partai Demokrat Yair Golan dan menjatuhkannya serta beberapa orang lainnya ke tanah selama demonstrasi antipemerintah di Yerusalem. “Apa yang kita lihat dalam beberapa hari terakhir tidak lahir dari ruang hampa,” tulisnya di X. "Semua ini adalah akibat langsung dari pemerintahan ekstremis yang kehilangan kendali dan sibuk memperluas perpecahan di antara masyarakat alih-alih [mendorong] persatuan. Berhentilah sebelum bencana terjadi," kata Gantz.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement